Rabu 08 Sep 2010 00:53 WIB

Permukiman Israel Perlu Dibekukan

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Abul Gheit Senin mengatakan, penghentian pembangunan permukiman Israel perlu untuk menjamin perundingan perdamaian langsung antara Palestina dan Israel berlangsung. Abul Gheit merujuk bahwa Palestina mungkin akan menghentikan perundingan jika Israel tidak memutuskan memperpanjang pelarangan/pembekuan pembangunan permukiman di Tepi Barat yang habis masa berlakunya 26 September.

Dalam wawancara yang disiarkan oleh TV lokal, Abul Gheit memperingatkan, perundingan perdamaian langsung mungkin gagal jika Israel melanjutkan ekspansi perumahan mereka setelah 26 September. Dia menambahkan "Palestina mungkin menghentikan perundingan jika Israel tidak memutuskan memperpanjang pembekuan permukiman."

"Saya menerima niat baik dari Presiden Israel Shimon Peres, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan banyak menteri Israel lainnya kecuali Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman, karena saya tidak mengontaknya atau berbicara dengannya," kata Abul Gheit menambahkan. "Masih terlalu dini untuk membicarakan tentang kemajuan atau perkembangan perundingan-perundingan ini, kami perlu untuk melihat tekad itu diterjemahkan di lapangan," katanya.

Dia menegaskan bahwa penyelesaian konflik Israel-Palestina akan dibiayai masyarakat internasional sekitar 40-50 miliar dolar dalam rangka menempatkan negara Palestina bersama dengan negara Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmud Abbas Kamis melakukan putaran pertama perundingan langsung di Washington.

Kedua pemimpin sepakat untuk melakukan upaya-upaya menyelesaikan status akhir mengenai perbatasan negara Palestina baru, keamanan, pengungsi dan masa depan Jerusalem, dalam tempi setahun seperti yang diharapkan AS. Namun demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Ahad mengatakan, bahwa sikap Israel mengenai pembekuan pembangunan permukiman secara sepihak ditetapkan berakhir pada 26 September, "masih tidak berubah."

Ini meningkatkan keraguan mengenai kemungkinan keberhasilan perundingan-perundingan langsung sekarang. Netanyahu dan Abbas dijadwalkan akan memasuki perundingan putaran kedua pada 14-15 September, yang menurut Mesir akan diselenggarakan di resor Laut Merah Mesir Sharm El-Sheikh.

sumber : ant/Xinhua-OANA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement