REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Polisi akan memberangus keberadaan kelompok preman di ibu kota. Ini menyusul bentrok berdarah yang melibatkan dua kelompok di jalan Ampera Raya, depan PN Jakarta Selatan, Rabu (29/9).
Polisi menenggarai, keributan di Ampera dipicu sengketa antara dua kelompok preman. "Karena itu akan diintensifkan razia terhadap keberadaan preman di Jakarta. Kami harap razia ini mampu berpengaruh pada kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Boy Rafli Amar, kepada sejumlah wartawan di Jakarta, Jum'at (1/10).
Menurut Boy keberadaan preman tidak terlepas dari fenomena sosial ekonomi masyarakat. Sehingga dia memandang, penanganan premanisme tidak bisa dilakukan sebatas tindakan hukum. Perlu ada kebijakan lintas sektoral, ujarnya, agar masalah premanisme dapat dituntaskan secara menyeluruh. "Kami senantiasa berkoordinasi dengan lembaga lain guna menangani masalah ini. Karena mustahil jika polisi berdiri sendiri dalam mengatasi masalah preman," jelasnya.
Polisi, lanjut Boy, akan mengambil tindakan tegas apabila kembali terjadi aksi premanisme. Tindakan tegas polisi akan dilakukan sesuai kebutuhan. Namun, dia tidak menutup kemungkinan jika polisi akan menerapkan kebijakan tembak di tempat. "Tindakan kami ada tahapannya. Yang jelas, tindakan itu demi kepentingan umum dan dilakukan secara terukur," tegasnya.
Sejalan dengan usaha memberangus preman, polisi juga akan meningkatkan upaya menguak peredaran senjata ilegal. Masalah ini sebelumnya mendapat sorotan luas publik, termasuk anggota DPR. Selain kasus di Ampera, kasus yang melibatkan penggunaan senjata api marak terjadi di Jakarta sepanjang dua bulan terakhir. Kasus terbesar adalah perampokan toko emas Bukit Duri september silam. "Semua senjata, termasuk kasus Ampera, saya yakin akibat senjata ilegal. Karena itu usaha pengungkapan keberdaan ilegal harus dilakukan sejalan dengan upaya menekan angka premanisme dan kriminalitas," katanya.