REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Pemerintah mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras. Dengan pengurangan konsumsi, dinilai akan dapat memperkuat ketahanan pangan dan memungkinkan Indonesia untuk melakukan ekspor jika terjadi surplus.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Pertanian (mentan), Suswono, di sela-sela 'Seminar dan Lokakarya Sagu' di IPB International Conventional Center, Kamis (14/10).
Suswono menuturkan, konsumsi beras Indonesia paling besar dibanding negara ASEAN lain, khususnya Thailand yang konsumsinya 70 kilogram per kapita, Sementara, Indonesia dua kali lipat dari Thailand.
''Produksi beras kita memang jauh lebih besar hampir dua kali, Thailand 20 juta ton per tahun, dan Indonesia 38 juta ton per tahun. Namun konsumsi kita tinggi sehingga dengan mengurangi konsumsi akan perkuat stok pangan,” kata Suswono.
Kendati mendorong diversifikasi pangan, Suswono mengatakan, produksi beras akan tetap terus ditingkatkan untuk memperkuat cadangan pangan. Pasalnya, lanjut dia, dengan kondisi cuaca ekstrem seperti sekarang dan diprediksi akan terus terjadi hingga Februari 2011, maka cadangan pangan menjadi penting.
Di sisi lain, tambah Suswono, jika tambahan area baru yang dijanjikan Badan Pertanahan Nasional (BPN) seluas dua juta hektar dapat digunakan, hal tersebut juga akan dapat memperkuat ekspor. Dengan adanya peningkatan produksi pun, lanjutnya, hal tersebut diharapkan negara lain supaya Indonesia bisa memberi sumbangsih bagi kebutuhan pangan dunia.
Namun, di sisi lain ironisnya Bulog mengambil ancang-ancang melakukan impor jika stok tidak terpenuhi tahun ini. Padahal berdasarkan Angka Ramalan (Aram) II, Indonesia surplus beras hingga 5,6 juta ton dibanding kebutuhan.
Sebelumnya BPN meyatakan akan mencadangkan lahan dua juta hektar untuk dikembangkan menjadi lahan produktif dari lahan telantar dengan total 7,3 juta hektar, namun hingga kini belum dapat dipastikan lahannya.
Sembari menunggu realisasi dari BPN, kata Suswono, saat ini pihaknya juga sedang merintis kerjasama dengan Perhutani agar lahan di bawah pohon keras dapat ditanam palawija. ''Kalau saja dari luas 2,4 juta hektar Perhutani di Jawa saja bisa ditanami 50 ribu hektar, cukup bagi kita untuk swasembada kedelai,” tegasnya.