REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Amerika Serikat (AS) terdepak dari 20 besar negara yang paling bersih dalam tabel indeks korupsi 2010 versi Transparency International (TI). Skandal di sektor finansial dan pengaruh politik uang membuat negara ini menempati peringkat nomor 22 dalam indeks korupsi dari 178 negara yang disurvey oleh TI.
Somalia menempati posisi paling bawah sebagai negara yang paling korup, diikuti oleh Myanmar dan Afghanistan kemudian oleh Irak. Lembaga nirlaba yang berbasis di Berlin, Jerman ini membuat pemeringkatan mengenai standar korupsi di sektor publik dan membuat penilaian dengan skor 0-10 indeks persepsi korupsi (CPI). Nol adalah standar penilaian terburuk dan 10 adalah nilai tertinggi.
Amerika Serikat jatuh ke posisi 22 dari posisi 19 tahun lalu, nilainya turun menjadi 7,1 dari 7,5. Ini adalah skor terendah AS dalam sejarah indeks korupsi yang telah belangsung 15 tahun. Ini juga merupakan kali pertama ia terdepak dari 20 besar negara dengan indeks persepsi korupsi paling baik. Barbados dan Chile berhasil memiliki peringkat yang lebih baik dari AS yakni di posisi 17 dan 21.
Yang menempati posisi posisi pertama adalah Denmark, bersama dengan Selandia Baru dan Singapura meraih poin tertinggi yakni 9,3. Tiga negara ini menempati posisi yang sama tahun lalu.
Sementara di Asia Tenggara, selain Singapura yang selalu berada di posisi atas, Brunei Darussalam menempati posisi 38 dengan nilai 5,5, Malaysia di posisi 56 dengan nilai 4,4, serta Indonesia di posisi 110 dengan nilai 2,8. Lembaga ini menyatakan bahwa penilaian dilakukan oleh lembaga independen dan institusi yang yang dapat dipercaya.
Nancy Boswell, presiden TI di AS mengatakan praktik tak sehat dalam industri keuangan, krisis subprime, serta penipuan skema ponzi yang dilakukan Bernard Madoff membuat peringkat AS merosot. Belum lagi isu politik uang yang mewarnai politik lokal di AS membuat kepercayaan masyarakat terhadap etika yang berlaku di negara itu berkembang lebih buruk.
Indeks ini menunjukkan sejumlah negara, termasuk Iran, mengalami perbaikan indeks dibanding 2009. Survei ini juga mengungkap bahwa tiga perempat dari 178 negara yang diteliti hanya mampu mencetak angka 5,0. "Hal ini menunjukkan korupsi masih merupakan masalah global yang utama," kata Robin Hodess, direktur kebijakan dan penelitian di TI.
TI juga mencatat bahwa Butan, Cile, Ekuador, Makedonia, Gambia, Haiti, Jamaika, Kuwait, dan Qatar adalah negara yang mengalami perbaikan selama tahun lalu.
Sebaliknya, Republik Cheska, Yunani, Hungaria, Italia, Madagaskar, Nigeria dan Amerika Serikat sebagai negara-negara yang persepsi korupsinya memburuk.