REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Badan Urusan Logistik (Bulog) kembali melakukan impor beras dari Vietnam dan Thailand sebesar 300 ribu ton. Dengan demikian total impor sampai akhir tahun ini sebesar 600 ribu ton. Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan langkah impor beras tersebut dilakukan untuk tetap mempertahankan stok beras di Bulog sebesar 1,5 juta ton.
"Posisi stok beras di Bulog sebelum impor ada 950 ribu ton dan kita berusaha tetap pertahankan stok 1,5 juta ton sampai Desember 2010," kata Sutarto ditemui usai pelantikan eselon I Kementerian Pertanian, Senin (1/11).
Sebelumnya Bulog melakukan impor beras dari Vietnam sebesar 300 ribu ton dan telah memperoleh izin dari Kementerian Perdagangan. Sutarto mengungkapkan saat ini beras impor tersebut sebagian sudah sampai di Indonesia, diantaranya di Belawan, Lhokseumawe, dan Kupang.
Sementara untuk impor beras di tahap kedua sebanyak 300 ribu ton berasal dari Vietnam 250 ribu ton dan Thailand 50 ribu ton. Sutarto menjelaskan kendati Thailand mengalami gagal panen karena setidaknya 41 provinsi dari 75 provinsi di sana mengalami banjir, namun negara gajah putih tersebut telah menyatakan komitmennya untuk mengimpor beras ke Indonesia karena mempertimbangkan terjadinya sejumlah bencana di tanah air.
Pemerintah Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman dengan Vietnam dan Thailand untuk pengadaan beras hingga 1 juta ton. Sutarto menjelaskan dari total beras impor sebanyak 600 ribu ton, sekitar 100 ribu ton merupakan beras broken tingkat lima persen dan sisanya broken 15 persen.
Hingga saat ini penyerapan Bulog mencapai hampir 1,9 juta ton, lebih besar dari pencapaian pada Desember 2007 yang sebesar 1,7 juta ton. Kendati melakukan impor, Sutarto menuturkan Bulog tetap menyerap beras dalam negeri. "Pengadaan dalam negeri tetap diprioritaskan. Di beberapa daerah terjadi peningkatan penyerapan dan sekarang penyerapan perharinya sudah diatas 2000 ton," ujar Sutarto.
Sementara Sutarto mengatakan dengan terpenuhinya stok beras Bulog 1,5 juta ton, maka diharapkan tidak ada yang akan melakukan spekulasi. "Dengan aram III 2,46 persen dibanding pertumbuhan penduduk 1,49 persen, maka ada surplus 1 persen dan dengan stok Bulog 1,5 juta ton mudah-mudahan tidak ada yang berspekulasi," kata Sutarto.