REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Empat kelompok terbang dari Embarkasi Solo yaitu kloter 64,65,66 dan 67 akan dibawa ke embarkasi Surabaya.
''Kebijakan ini diambil menyusul adanya dengan gangguan debu vulkanik dari Gunung Merapi yang melanda bandara Adi Soemarmo Solo, tempat diterbangkannya 4 kloter tersebut,'' kata Sekditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama RI, H Abdul Ghofur Djawahir di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, Kemenag telah membahas dengan Garuda tentang kepindahan penerbangan 4 kloter tersebut ke Surabaya. ''Ini untuk menghindari stagnan dan menghindari penumpukan kloter di embarkasi Solo. Kloter harus segera mengalir ke Arab Saudi. Karena gangguan abu vulkanik tidak bisa dipastikan kapan berakhirnya," kata Ghofur.
Menurut Ghofur pihak Garuda sebagai pihak pengangkut juga sangat keberatan bila harus take off dari Solo dalam kondisi yang demikian. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan kondisi mesin yang sangat prima untuk menempuh perjalanan nonstop lebih dari 9 jam ke Arab Saudi.
"Keselamatan jamaah calon haji kita harus diutamakan dan ini menjadi komitmen kita bersama. Ini tidak bisa kompromi. Oleh karenanya kita tidak bisa memaksakan harus terbang ke Solo. Kita mungkin akan angkut 4 kloter itu dengan bis ke Surabaya, bila mengangkutnya dengan pesawat ke Surabaya terkendala waktu," jelasnya.
Menurutnya bila diangkut dengan pesawat maka dibutuhkan banyak pesawat berukuran kecil untuk membawa kloter-kloter tersebut. Hal ini tentunya tidak mudah, karena jemaah yang tergabung dalam kloter bila di "sesel" kan ke penerbangan reguler juga sulit sekali dilakukannya.
"Dengan bis pun tidak bisa masalah yang penting kloter segera mengalir. Karena bila tidak mengalir, maka saya khawatir bisa bermasalah pas puncak haji di Arofahnya. Kita berharap dengan ikhtiar kita, masalah bisa diatasi, walaupun ada bencana alam, semua jemaah calon haji bisa menuaikan ibadah hajinya," kata pria asal Pekalongan tersebut.