REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG--Beberapa hari setelah melakukan serangan terberat sejak 1953, Korea Utara, Jumat (26/11) memperingatkan Korea Utara bahwa latihan militer dengan AS justru membawa dua tetangga itu di 'tepi peperangan'.
Peringatan dingin itu datang bersamaan dengan suara sayu-sayup tembakan senjata berat dari dalam wilayah Korea Utara. Wartawan menyaksikan asap membubung dari daratan Korea Utara.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, mengatakan Pyongyang akan meluncurkan serangan lebih banyak jika Korea Selatan meneruskan 'provokasi gegabahnya'. "Korea utara akan melakukan serangan ronde kedua bahkan ketiga tanpa segan, jika penghasut perang di Korea Selatan melakukan provokasi militer gegabah lagi," demikian ujar kantor berita tersebut mengutip dari pernyataan militer.
Sementara, perdana menteri Cina, telah menyeru seluru pihak untuk melakukn 'pengendalian diri maksimal' atas ketegangan baru di Semenanjung Korea. Wen Jiabao, dalam respon level tertinggi dari Cina terhadap serangan Korea mengatakan, Cina menentang provokasi militer dalam bentuk apapun.
"Cina selama ini telah mencurahkan diri unuk menjaga stabilitas dan perdamaian di semenanjung itu," demikian ujar Wen dalam lawatannya ke Rusia, Rabu (24/11). "Dan komunitas internasional harus melakukan upaya lebih kondusif untuk meredakan ketegangan," ujar Wen dalam situs kementrian luar negeri Cina.
Cina bersikap hati-hati dengan tidak menyebut Korea Utara secara langsung atau menyalahkan sekutunya atas serangan pada Selasa. Sikap itu demi menjaga status sebagai sekutu terpenting Korea Utara.
Lama, Cina mendukung kepemimpinan di Pyongyang dengan kekhawatiran bahwa keruntuhan Utara dapat membawa ketidakstabilan di perbatasan negaranya. Beijing juga cemas penyatuan Korea akan didominasi oleh Amerika Serikat, sekutu kunci pihak Selatan.
Namun, kematian rakyat sipil akibat serangan selasa telah membuat marah Selatan. "Jika Cina tidak mau menggunakan tekanan publik kepada Korea Utara, maka provokasi dari Korea Utara akan terus berlanjut," demikian tulis surat kabar Korea Selatan, Chosun Ilbo. "Dan bila semenanjung Korea terbakar, kesejahteraan Cina akan terguncang hingga ke dasar."