REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY--Setelah Cina memuji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bocoran dokumen WikiLeaks, kini giliran Australia. Harian terkemuka Australia, Sydney Morning Herald, memberitakan bocoran diskusi diplomat Amerika Serikat dan Australia yang berlangsung Oktober 2008.
Salah satu hal yang mengemuka dalam pembicaraan itu adalah kondisi politik negara tetangga Australia. Termasuk Indonesia. Pejabat Deplu Australia, Peter Woolcott, mengatakan situasi politik di Indonesia relatif baik dibanding negara Asia Tenggara lainnya.
"Situasi politik di Indonesia, mitra terpenting Australia di Asia Tenggara, sangat baik. Sementara situasi politik di Filipina ada masalah besar, begitu juga Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Burma," kata Woolcott, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Rabu (15/12).
Ia lalu menggambarkan kecenderungan politik Australia terhadap Presiden SBY. Pada saat itu, Oktober 2008, di Indonesia tengah bersiap menghadapi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2009.
SBY, kata Woolcott, "Yudhoyono adalah tokoh yang Australia ingin untuk terpilih kembali. Yudhoyono selama ini telah membantu Australia dengan baik dalam pemberantasan terorisme," katanya.
Sebelumnya, kawat diplomatik dari Kedubes AS di Cina juga memuji SBY. Nota yang dikeluarkan WikiLeaks pada 12 Desember lalu bernomor Beijing 00001448 ini berkode 'Clasified'. Berisi percakapan pejabat Kedubes AS dengan dua pejabat Cina bernama Cui Tiankai dan Hu Zhenyue yang terjadi pada 5 Maret 2007 pukul 12:12:00 waktu setempat.
"Beijing tidak terkesan dengan presiden Indonesia pascakrisis ekonomi di akhir 1990-an. Tapi Beijing terkesan dengan perkembangan yang ditujukan Presiden SBY yang berkuasa sejak 2004," demikian kata Hu seperti dikutip WikiLeaks.