Sabtu 18 Dec 2010 08:03 WIB

FUUI: Awasi Alih Fungsi Tempat Peribadatan, Waspadai Pemurtadan

Rep: c26/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Pengalihfungsian bangunan menjadi tempat peribadatan atau gereja perlu diwaspadai. Pasalnya, strategi semacam itu sangat potensial untuk mengotak-atik agama umat Islam atau bahkan memurtadkan.

Menurut Sekretaris FUUI, Hedi Muhammad, pengalihfungsian ini dilakukan untuk memudahkan misi umat Kristiani dalam melakukan pemurtadan. "Dengan begitu, mereka bisa dengan mudah menjalankan misinya untuk memindah keyakinan umat Islam," kata Hedi kepada Republika, Kamis (17/12).

Menurut Hedi, beberapa cara yang sudah terungkap sebagai strategi mereka melakukan pemurtadan misalnya pemberian sembako, pemberian beasiswa, melakukan pemberdayaan masyarakat, seperti membuka koperasi beras, membangun peternakan domba, pelatihan keterampilan untuk kaum ibu hingga diajak jalan-jalan untuk kemudian dibaptis agar masuk ke agama mereka.

Namun, dari sekian banyak cara itu yang banyak dilakukan adalah pengalihan fungsi bangunan.

"Kalau di suatu wilayah sudah ada tempat ibadahnya, mereka tinggal berpikir bagaimana mencari jamaahnya," jelas dia.

Padahal dalam pembangunan gereja sesuai dengan aturan SPB Dua Menteri antara Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9/2006 dan Nomor 8/2006, harus terdapat sekurang-kurangnya 60 penganut agama mereka di kawasan itu. Sementara, jika prosesnya semacam itu, menandakan bahwa aturan menteri tersebut dilanggar.

Sementara itu, Ketua FUUI, KH Athian Ali, menjelaskan bahwa meskipun sudah ada pembangunan atau pengalihfungsian menjadi gereja, umat Islam sebenarnya tidak mudah dimurtadkan, apalagi yang sudah memiliki keyakinan kuat. "Pernah ada yang dimurtadkan, tapi kami tidak sulit mengembalikannya," ujar Athian.

Kalaupun ada yang berhasil dimurtadkan, lanjut dia, kebanyakan karena tidak mengerti apa-apa tentang Islam dan iman mereka terlalu lemah. Mereka juga disentuh tidak melalui ajarannya, tapi kebutuhan ekonominya. Seperti diberi beasiswa, diberi bantuan dengan alasan kemanusiaan.

Dijelaskan, praktik pemurtadan ini, terutama di Jawa Barat pasti akan selalu ada, karena mereka memang punya target agar setiap desa di Jawa Barat dan Banten dapat didirikan gereja. "Jabar dan Banten kan barometer untuk kemudian dapat melangkah ke daerah-daerah lain," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement