REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Anomali cuaca merugikan petani tembakau nasional, terutama di Jawa Timur senilai Rp240 miliar karena hasil panen tidak sesuai target.
"Dari potensi lahan tembakau yang mencapai 104.000 hektare, sekitar 33.000 hektare di antaranya puso (gagal panen)," kata Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Samsul Arifin, Ahad (26/12).
Menurut dia, kegagalan panen dipicu turunnya hujan saat musim tanam hingga musim panen. Bahkan, kerugian bisa bertambah besar menyusul anomali cuaca diprediksi terjadi sampai Maret 2011.
"Untuk itu, kami imbau petani memilih komoditas lain untuk musim tanam tahun depan," ujarnya.
Ia menjelaskan, kondisi serupa merupakan nasib buruk petani yang kedua kalinya karena kerugian yang sama pernah dialami pada tahun 1997.
"Namun, anomali cuaca saat ini memicu hancurnya produksi tembakau," katanya, menjelaskan.
Untuk meminimalkan kerugian mereka, ia menyebutkan, pada tahun 2011 pemerintah akan makin meningkatkan sosialisasi pada petani tentang kondisi cuaca. "Kami yakin, cara tersebut bisa mengatasi permasalahan akibat anomali cuaca pada musim tanam tahun depan," tuturnya, optimistis.
Upaya lain mengantisipasi anomali cuaca, tambah dia, tahun depan Pulau Madura akan dilaksanakan pengembangan komoditas tebu sebagai tanaman pengganti tembakau. "Kini, PTPN X telah menyatakan siap melakukan investasi pengembangan tebu di Pulau Garam," katanya, menegaskan.