REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat politik sekaligus pendiri dari PollMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah mengatakan pada 2011 ini sulit mengharapkan koalisi partai semakin solid.
"Sulit mengharapkan koalisi akan lebih solid, yang terjadi adalah gejala sebaliknya," katanya, di Jakarta, Kamis, dalam acara diskusi tentang dinamika politik 2011-2014 yang diselenggarakan Polmark Indonesia.
Eep menuturkan kesimpulan pengamatannya tersebut didasarkan beberapa sebab. Menurut pengamatannya, kepentingan untuk 2014 sangat mempengaruhi sikap dari partai peserta koalisi pada 2011 yang dapat mengganggu koalisi.
Ia mengatakan dua partai besar yakni Partai Golkar dan Partai Demokrat saat ini dalam posisi saling berhadapan. Kedua partai tersebut memiliki kekuatan besar untuk menghadapi 2014.
Sosok Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie memiliki modal untuk maju di 2014 dan akan menjadi kompetitor bagi Demokrat. Untuk itu, Partai Demokrat selalu menimbang keberadaan Golkar, demikian sebaliknya.
"Kalau Golkar menghilang dari dukungan (melalui koalisi) itu bisa berbahaya,"katanya. Alasan lain sehingga koalisi sulit untuk solid, lanjut Eep, adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak cukup bisa mengakomodasi kepentingan partai menengah dan kecil yang berada di koalisi.
Menurut dia, Partai Demokrat saat ini sedang mengalami masalah dalam regenerasi sementara Golkar menghadapi keberadaan Nasional Demokrat yang mayoritas berisi orang-orang Golkar.
Eep juga mencermati kondisi Partai Keadilan Sejahtera yang dihadapkan pada kejenuhan terhadap partai Islam, sementara untuk berubah menjadi partai yang majemuk, PKS belum berhasil.