Rabu 26 Jan 2011 18:11 WIB

Gerakan Koin Bukti Legitimasi SBY Lemah

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gerakan pengumpulan koin untuk menambah gaji Presiden semakin meningkat di dunia maya. Menurut pengamat politik Fadjroel Rachman, hal itu membuktikan bahwa legitimasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semakin lemah.

"Keinginan naik gaji ini membuat legitimasi Presiden makin minus. Artinya, rezim memiliki legitimasi moral yang rendah, sehingga publik melawan," kata Fadjroel, Rabu (26/1).

Sebenarnya, ujar dia, legitimasi SBY sudah berada di titik terendah ketika para pemuka agama mengatakan bahwa rezim SBY adalah rezim. "Itu adalah titik terendah dari legitimasi moral SBY," kata Fadjroel. Ironisnya, suara pemuka agama itu tidak dibalas dengan prestasi, tapi menginginkan gaji.

"Legitimasi yang rendah seharusnya dibalas dengan kinerja," katanya. Fadjroel mengatakan, hanya dua presiden RI yang pernah menyinggung soal gaji, yakni Soeharto dan SBY. Dengan adanya gerakan pengumpulan koin di jejaring sosial, Fadjroel menilai itu adalah bukti bahwa gerakan ini sudah didukung berbagai elemen masyrakat.

Menurut Fadjroel, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menilai jabatan publik merupakan pengabdian. "Ketika SBY menyinggung gaji, masyrakat menilai bahwa yang dihadapi ini bukan pengabdian, tapi pencari kerja," kata Fadjroel.

Meski demikian, ujar dia, SBY sebenarnya bisa membalik keadaan dan mendapat dukungan masyarakat yang berlipat ketika dia berani mengatakan bahwa dirinya tidak membutuhkan kenaikan gaji. "SBY harus berani bilang, saya tidak perlu digaji 3-4 tahun ke depan. Atau, saya akan serahkan seluruh gaji saya bagi masyarakat tak mampu," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement