Rabu 02 Feb 2011 18:53 WIB

PDIP: DIY Jadi Korban Kegemaran Pemerintah Bentuk Lembaga Baru

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mengatakan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi korban atas kegemaran pemerintah pusat membentuk berbagai lembaga baru khususnya soal wacana gubernur utama dan wakil gubernur utama dan dipastikan tidak akan menambah efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.

"Keberadaan lembaga baru yakni gubernur utama dan wakil gubernur utama itu dipastikan tidak akan menambah efektifitas penyelenggaraan pemerintahan di DIY," kata juru bicara F-PDI-P Alexander Litaay saat membacakan pandangan umum F-PDI-P atas RUUK DIY di komisis II DPR Senayan Jakarta, Rabu.

Menurut dia, Fraksi PDI-P pantas berprasangka bahwa DIY menjadi korban atas kegemaran pemerintah pusat untuk membentuk berbagai lembaga baru seperti yang terjadi di tingkat pusat.

Penyampaian pandangan fraksi-fraksi tersebut dihadiri oleh Mendagri Gamawan Fauzi dan Menkumham Patrialis Akbar dan perwakilan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Lebih lanjut F-PDI-P menilai munculnya kekawatiran pemerintah jika Sultan dan Paku alam berusia senja atau sebaliknya merupakan kekawatiran yang cenderung mengada-ada.

Menurut PDI-P pemerintah telah menafikan mekanisme internal keraton Yogyakarta Hadiningrat yang telah ratusan tahun berlangsung dan terbukti efektif mengantisipasi berbagai kemungkinan termasuk seperti yang dikawatirkan pemerintah.

"Keraton memiliki aturan internal yang disebut paugeran yang di dalamnya juga mengatur sistim perwalian ketika Sultan yang bertahta masih berusia muda,' kata Alex Litaay.

Sementara mengenai alasan pemerintah bagaimana dengan pertanggungjawaban hukum jika Sultan dan Pakualam tersangkut kasus hukum, PDI-P menegaskan bahwa NKRI adalah negara hukum karena itu semua orang sama dimuka hukum.

Menurut hukum berlaku bagi siapapun dan apapun. Yang bersalah di mata hukum, maka sanksi atas pelanggaran hukum berlaku tanpa kecuali.

"Fraksi PDI Perjuangan menegaskan jika mencermati secara seksama ciri pokok keistimewaan DIY diletakkan pada keunikan posisi kepala daerah dan wakil kepala daerah yakni masing-masing dijabat oleh Sultan dan Pakualam yang sedang bertahta melalui mekanisme penetapan dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden RI," kata alex.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement