REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Mahasiswa Riau yang sedang menuntut ilmu di Mesir mengaku mulai mengurangi porsi makan setelah meletusnya demonstrasi besar-besaran menuntut mundurnya Presiden Hosni Mubarak.
"Biasanya, kalau makan tiga kali sehari, namun sekarang dikurangi menjadi dua kali sehari," ujar Ishal Eltharudy, mahasiswa Bahasa Arab yang sedang menuntut ilmu di Universitas Al Azhar kepada ANTARA melalui sambungan telepon dari Pekanbaru, Rabu.
Ia mengatakan pengurangan porsi makan dilakukan mengingat saat ini kondisi Mesir masih bergejolak. Hampir semua toko-toko yang ada di Kairo tutup dan membuat harga kebutuhan pokok di negara Piramid tersebut merangkak naik. "Paling tidak, stok yang ada dihemat. Takut situasi ini berlangsung dalam jangka waktu lama," tukas dia.
Disebutkannya, dirinya sendiri mengatakan sudah membeli stok makanan sejak mulainya revolusi tersebut. "Untuk sepekan kedepan, kemungkinan stok makanan masih ada. Tetapi lebih dari itu, saya tidak yakin," tambahnya.
Secara ekonomi, lanjut mahasiswa asal Kabupaten Siak ini mengatakan, Mesir mulai goyah. Namun kondisi keamanan jauh lebih membaik daripada awal meletusnya gelombang unjuk rasa yang terjadi sejak lima hari yang lalu. "Saya berharap kondisi Mesir cepat pulih, karena jika kami dievakuasi maka kami akan kesulitan untuk pulang ke Mesir kembali," kata dia.
Ia menambahkan saat ini dirinya sedang dalam masa liburan. Dan kembali akan masuk kuliah pada pertengahan Februari mendatang. "Kalau dievakuasi kami takut tidak bisa kembali ke Mesir, apalagi tiket ke Mesir cukup mahal. Jadi takut tidak bisa balik ke Mesir sedangkan liburan telah usai," katanya.
Ungkapan senada disampaikan Amal Fathullah yang mengeluhkan mahalnya harga kebutuhan pokok di Kairo. "Otomatis harus dikurangi porsi dan waktunya. Jika sebelumnya tiga kali, sekarang dua kali dengan porsi yang juga dikurangi," ujarnya singkat.