REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Panglima Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM), Jenderal Tan Sri Rodzali bin Daud, mengatakan pemerintah Malaysia telah memutuskan agar para pelajar dan mahasiswa Malaysia dievakuasi dari Mesir untuk selanjutnya ditempatnya di Jeddah, Saudi Arabia.
"Meskipun jarak tempuhnya jauh, Jeddah dipilih karena prasarana transportasi dan akomodasinya memadai," kata Jenderal Rodzali saat menjelaskan pelaksanaan evakuasi mahasiswa di Mesir yang disebut "Operasi Piramid" kepada pers di Markas TUDM di Kuala Lumpur, Sabtu (5/2)
Menurut dia, TUDM dalam operasi ini bekerjasama dengan banyak pihak seperti Konsul Jenderal di Jeddah, atase pertahanan Malaysia di Jordania, Kementerian Pertahanan ataupun dengan maskapai penerbangan Malaysia Airlines dan AirAsia serta beberapa pihak lainnya.
Dia mengatakan TUDM mengerahkan tiga buah pesawat C-130 sejak 2 Februari hingga 11 Februari 2011 untuk diterbangkan ke Jeddah yang dijadikan pusat penempatan mahasiswa yang dievakuasi dari Mesir.
"Hingga tadi pagi, jumlah mahasiswa yang sudah dievakuasi ke Jeddah sebanyak 2.606 orang termasuk yang dilaksanakan TUDM, MAS ataupun AirAsia," ungkapnya. TUDM telah mengevakuasi warga Malaysia dari beberapa kawasan yang bergolak di Mesir ke Jeddah sebanyak 1,211 orang.
Sedangkan untuk evakuasi, pemerintah mempergunakan Malaysia Airlines sebanyak 661 orang dan AirAsia mencapai 734 orang. Sementara itu, pemerintah Malaysia juga mengerahkan kapal MV Bunga Mas 5 yang sedang berlayar di Laut Merah untuk menuju satu lokasi di Pelabuhan Tawfiq, Mesir, untuk membawa keluar 500 warga Malaysia ke Pelabuhan Jeddah. "Pelayaran menuju pelabuhan Jeddah akan mengambil waktu selama 46 jam," paparnya.
Dalam operasi evakuasi tersebut, lanjut dia, pesawat-pesawat TUDM harus melintasi delapan wilayah udara negara lain yang terkadang menemui beberapa kendala seperti saat tiba di lokasi harus menunggu selama 11 jam di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk mendapatkan izin memasuki wilayah udara Saudi Arabia.
"Pesawat juga terpaksa menunggu selama 14 jam sebelum diizinkan meneruskan penerbangan ke Kairo dan Iskandariah guna memperoleh kelulusan diplomatik dari negara yang sedang bergolak," ujarnya.
Soal pengisian bahan bakar untuk pesawat juga menjadi kendala karena harus menunggu dua jam untuk mendapatkan giliran pengisian minyak tersebut.