Rabu 16 Feb 2011 11:21 WIB
Pro-Kontra

Demokratisasi Arab, Dilema Besar bagi AS

Rep: Rosyid Nurul Hakim/ Red: Johar Arif
Demonstrasi yang dilakukan rakyat Mesir
Demonstrasi yang dilakukan rakyat Mesir

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Gelombang people power menggelinding mulai dari Tunisia, lalu ke Mesir, dan kini menggoyang rezim negara-negara Arab lainnya di Timur Tengah. Demokratisasi -sesuatu yang dikampanyekan Amerika Serikat dan Barat ke berbagai Negara- tampaknya sudah sulit direm. Namun, seperti buah simalakama, demokratisasi di Timur Tengah sepertinya tidak terlalu dikehendaki AS dan sekutunya. Pasalnya, mereka selama ini memelihara dan menikmati rezim otoriter di dunia Islam, supaya kepentingannya terjaga. Berikut pandangan pengamat Timur Tengah, Smith Alhadr, tentang hal ini:

Seberapa berpengaruh sukses people power di Mesir bagi  di negara-negara Timur Tengah lainnya?

Mesir sangat strategis dan merupakan pilar Timur Tengah. Yang terjadi di Mesir akan menjadi barometer sentimen masyarakat Arab di Timur Tengah secara keseluruhan. Saya dengan yakin bisa mengatakan, ini akan menjalar ke negara Arab yang lain. Kita lihat di Yaman, ada gerakan menuntut presidennya turun. Di Yordania orang bergerak dan Raja kemudian tidak lagi menunjuk perdana menteri, tapi dipilih dalam pemilu. Dan, secara mengejutkan terjadi di Iran. Ini merupakan efek domino dari Mesir.

Apakah demokrasi bisa benar-benar masuk ke negara-negara Arab?

Semua itu sudah terjadi sejak kekalahan Arab dalam membantu Palestina melawan Israel. Sejak perang 1967 itu, betul-betul menjatuhkan kebanggan Arab. Negara yang begitu banyak, sekitar 22 negara, bisa kalah dengan negara kecil (Israel).

Masyarakat juga kecewa dengan sistem yang dijalankan di Arab. Seperti di Mesir, negara sekuler yang menghambat Ikhwanul Muslimin untuk berpartisipasi dalam politik. Sistem otoriter itu ternyata tidak juga membawa Arab ke situasi yang lebih makmur. Sistem itu sebenarnya gagal, mereka jenuh, ingin ada alternatif.

Tapi, saya belum bisa mengatakan (demokrasi) akan terjadi segera di negara Arab kaya minyak, seperti Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, karena mereka hidup cukup makmur. Di sana juga begitu ketatnya pengawasan pemerintah terhadap organisasi yang ada di masyarakat. Bahkan, mereka tidak boleh mempunyai organisasi.

Seperti di Saudi, tidak boleh ada organisasi profesi, yang ada hanya organisasi sepak bola. Di Saudi tidak ada undang-undang dasar (UUD) atau konstitusi, juga tidak ada parlemen.

Itu kemudian dipadu dengan kedekatan Saudi dan Amerika Serikat (AS). Mereka tidak lagi berdaulat secara politik dan sangat diatur AS. Ini bertentangan dengan masyarakat Arab yang punya harga diri dan independensi tentang apa yang mereka inginkan.

Negara mana yang akan sangat terpengaruh efek Mesir?

Efek dari Mesir akan lebih cepat terjadi di Yaman. Yaman paling dekat yang akan jatuh. Selain ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah, di negara yang sangat miskin di antara negara-negara Arab ini, mereka mempunyai kelompok separatis yang kuat dan berbahaya. Di utara ada kaum Syiah, di selatan ada gerakan separasime juga. Kemudian ada organsiasi Al Qaeda Semenanjung Arab yang sangat ditakuti oleh pemerintah. Ibu kota Yaman ini betul-betul terancam dan terkepung dari berbagai sisi.

Namun, arus demokrasi bisa juga mengena negara (Arab) yang secara ekonomi bagus. Pada 1994, AS melakukan angket secara rahasia di Arab Saudi. Dia kaget menemukan lebih dari 70 persen rakyat menginginkan demokrasi. Saudi bisa jadi ukuran negara Arab lain. Tapi, bukan berarti secara ekonomi matang, masyarakat senang. Orang bukan senang mendapatkan makanan dan hidup kenyang saja, orang juga ingin mendapatkan hak politik yang tidak pernah didapatkan.

Apa yang menyebabkan munculnya berbagai tuntutan rakyat untuk menurunkan pimpinannya yang sudah terlalu lama berkuasa, terutama yang sekarang terjadi di Timur Tengah?

Yang pertama sekali dan sangat utama, kalau untuk negara kerajaan mini di Teluk Persia, itu umumnya mereka tidak mendapatkan akses politik yang memadai di negara meraka sendiri. Kalau dari sisi ekonomi misalnya Saudi dan negara kaya lain tidak masalah, rakyat hidup makmur, tapi masyarakat mereka sumpek, jenuh, tidak boleh ada perbedaan berpendapat, kebebasan mengungkapkan pikiran, akses politik yang terbatas. Sebenarnya apa yang terjadi di Mesir ini ditakutkan memberi inspirasi masyarakat mereka.

Seberapa sulit mengganti sistem politik yang sudah lama bercokol di negara Arab menjadi sistem yang demokratis dan prorakyat?

Itu perlu kelas menengah, orang terdidik yang cukup dan situasi yang matang untuk itu. Saya kira untuk negara mini di Teluk Persia atau Saudi belum sematang dengan yang ada di Tunisia, Aljazair, dan Yaman. Kalau di sana segala unsur sosial dan politik sudah cukup matang untuk memicu pemberontakan seperti yang kita saksikan sekarang.

Saudi suatu ketika nanti akan ada perubahan, kalau Mesir sudah terjadi revolusi. Kalau revolusi itu berujung pada negara demokratis, yang betul-betul sangat ideal, maka dia akan dengan sendirinya mempengaruhi negara sekeliling, negara Maghribi atau Timur Tengah.

Revolusi itu sangat penting karena akan memunculkan rasa percaya diri mayarakat lain bahwa tanpa senjata bisa menggulingkan rezim yang tua. Ini bisa terjadi di Arab Saudi dan negara negara di Teluk Persia.

Maka sekarang, negara Arab lain akan melakukan pembenahan di dalam negeri. Mereka akan melonggarkan tekanan pemerintah terhadap rakyat. Mereka akan membawa perubahan di negara Arab untuk mencegah hal yang sama (hal yang terjadi di Mesir, terjadi di negara mereka).

Apakah adanya keinginan masyarakat untuk berdemokrasi dan menuntut kebebasan ini karena masuknya pengaruh asing, seperti dari AS?

Pengaruh itu sebenarnya terutama dilakukan pertama sekali saat terjadi revolusi Iran. Hal itu telah memberikan inspirasi luar biasa di negara Arab. Kedua, AS sebenarnya sekarang mengalami dilema besar. Di satu sisi ingin mengekspor demokrasi dan nilai-nilai hak asasi manusia, tapi disisi lain ingin tetap menjaga para diktator di kawasan Arab.

Para diktator itulah yang menjamin kepentingan mereka (AS). Kalau mereka memaksakan demokrasi, lalu terjadi, tapi menimbulkan kekacauan dan instabilitas, maka akan sangat menggangu AS dan sekutu Barat-nya di Timur Tengah.

Makanya mereka serba salah. Justru sebenarnya Amerika punya pengaruh negatif sehingga membuat masyarakat bergerak. Selain itu gerakan menuntut demokrasi sebenarnya timbul dari kejenuhan, karena kemiskinan, dan harga pangan yang tinggi. AS tidak ada pengaruhnya dalam gerakan menuntut demokrasi, kebosanan masyakart itulah yang mendorong mereka

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement