REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Komandan Satgas Penanganan WNI di Libya dan Mesir Marsekal Madya (TNI) Soekirno mengatakan, saat ini masih ada 123 WNI di Libya tidak mengikuti proses evakuasi ke luar Libya. Sejak 26 Februari kemarin, Satgas telah mengevakuasi 629 WNI ke luar Libya lewat darat, laut, maupun udara.
Soekirno mengatakan, sebanyak 123 WNI yang beradai di Libya ini terdiri dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sektor informal, pelaut, dan staf KBRI. "Saat ini, KBRI terus melakukan komunikasi dengan WNI yang masih tinggal di Libya sambil memantau kondisi politik di Libya," kata Soekirno di Bina Graha, Kamis (10/3).
Dalam proses evakuasi WNI dari Libya, kata Soekirno, pemerintah telah menetapkan Tunisia sebagai lokasi transit. Pertimbangannya, kondisi politik dan ekonomi Tunisia makin aman dan kondusif; jarak dekat dari Libya; kemudahan visa-on-arrival di Bandara Tunisia, tersedia penerbangan reguler Tunis-Tripoli; dan biaya charter pesawat lebih ekonomis.
Setelah tiba di Tunis dari Tripoli, tidak semua WNI melanjutkan perjalanan ke Indonesia. Pesawat charter Garuda telah menjemput 216 WNI yang telah keluar Libya di Tunis. Rombongan tersebut tiba pagi ini (Kamis, 10/3). Mereka ditempatkan di Asrama Haji Pondok Gede sebelum pulang ke daerahnya masing-masing.
Satgas juga melakukan pengembalian WNI dari Indonesia ke Mesir. Pemerintah pada 8 Maret 2011 menggunakan pesawat Garuda Airbus 330-200 memberangkatkan 213 WNI ke Cairo. Hingga 8 Maret 2011, total WNI yang telah dikembalikan ke Cairo sebanyak 340 orang dari 1.985 orang.
Saat ini, kata Soekirno, WNI yang belum kembali ke Cairo sedang melakukan penyelesaian dokumen keberangkatan, seperti paspor dan visa yang difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Luar Negeri, dan Kantor Imigrasi. Mereka akan diberangkatkan secara bertahap pakai pesawat reguler.