Sabtu 12 Mar 2011 16:27 WIB

Jepang Ingatkan Radiasi Nuklir

Rep: abdullah sammy/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO—Jepang memperingatkan warganya akan dampak radiasi nuklir menyusul bencana gempa dan tsunami yang mengakibatkan rusaknya pembangkit listrik tenaga nuklir. Salah satu reaktor nuklir yang mengalami kerusakan hebat pasca gempa dan tsunami adalah reactor di Fukushima, 240 kilometer utara Tokyo.

Walau risiko radiasi kecil, Jepang tetap melakukan langkah antisipasi, salah satunya dengan mengisolir kawasan reaktor nuklir. Pejabat di pemerintah Jepang mengatakan pada stasiun televisi NHK jika perluasan daerah bencana belum diperlukan. Pengisolasian wilayah reaktor nuklir dinilai sudah cukup.

Demi menghindari kebocoran radiasi, pemerintah Jepang juga telah mengurangi tekanan produksi pada sejumlah reaktor nuklir.  Sejumlah langkah yang dilakukan oleh pemerintah Jepang tidak lantas membuat ketenangan warga, terutama yang tinggal di sekitar wilayah pembangkit nuklir. Hal ini didasari pernyataan badan nuklir Jepang yang mengatakan, “Kemungkinan besar bahan bakar nuklir di Tokyo Electric Power's (Tepco's) Daiichi, telah meleleh dan mencair,” begitu ungkap perwakilan pejabat nuklir Jepang seperti dikutip kantor berita Jiji.

Para ahli mengatakan, jika itu yang terjadi, itu berarti reaktor sedang memanas. Jika pemanasan reaktor tidak dihentikan, maka ada kemungkinan keretakan yang akan mengakibatkan pecahnya bejana reaktor nuklir. Itu berarti ancaman nyata radiasi nuklir. “Perlu ada ventilasi guna melepaskan sejumlah kecil uap radiasi,” tukas sang pejabat memberi solusi antisipasi.

 Kini pejabat Jepang masih meneliti apakah telah terjadi kerusakan pada wadah reaktor. Selama wadah masih utuh, resiko radiasi dapat diminimalkan. Belum ada pernyataan resmi sejauh ini, apakah struktur wadah tersebut telah rusak dalam gempa, Jum’at (11/3).  "Sekenario terburuknya saat ini adalah telah terjadi kebocoran radioaktif dan kerusakan peralatan, tapi kerusakan tidak mengakibatkan ledakan,” kata Naoto Sekimura, seorang profesor dari Universitas Tokyo.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement