REPUBLIKA.CO.ID, GAZA--Para pemimpin berbagai faksi Palestina dan penguasa Jalur Gaza, Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS), Rabu (12/1), membahas ketegangan yang meningkat setelah peringatan Israel baru-baru ini untuk melancarkan perang baru di Jalur Gaza.
Pertemuan itu, yang diselenggarakan di Jalur Gaza, Rabu larut malam, dihadiri oleh pemimpin senior faksi Palestina dan HAMAS. Tapi tak ada wakil dari kelompok Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Fatah.
Mereka yang diundang ke pertemuan itu antara lain adalah anggota Jihad Islam, Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina (PFLP), Front Demokratis bagi Pembebasan Palestina (DFLP) dan sejumlah kelompok lain.
Seorang pejabat senior yang tak mau disebutkan jatidirinya mengatakan beberapa negara Arab dan asing telah memberi tahu HAMAS bahwa situasi di perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel berbahaya.
Menurut pejabat itu, pesan yang diterima HAMAS menunjukkan Israel akan melancarkan peran lain terhadap Jalur Gaza. Ditambahkannya, "Oleh karena itu, kami takkan memberi Israel kesempatan."
"Selama pertemuan tersebut, para pemimpin semua faksi sepakat untuk meredakan ketegangan di Jalur Gaza," kata pejabat itu.
Ayman Taha, seorang pejabat senior HAMAS mengatakan kepada wartawan bahwa semua pemimpin faksi menyampaikan kembali selama pertemuan tersebut bahwa mereka tertarik pada keamanan dan keselamatan "rakyat kami dan melindungi mereka dari setiap agresi".
Faaleh Ziddan, seorang pemimpin DFLP yang terlibat dalam pertemuan itu, mengatakan ia juga diperingatkan mengenai bahaya perang baru selama pembicaraan, Selasa (11/1), dengan dua pembantu pemimpin intelijen Mesir Omar Suleiman.
Sementara itu, para pemimpin faksi menyeru gerakan yang bertikai --HAMAS dan dan Fatah-- agar menyelesaikan sengketa mereka dan "mengakhiri percekcokan serta menyepakati perujukan", demikian isi pernyataan tersebut.
Jalur Gaza telah menghadapi peningkatan gelombang kerusuhan selama tiga pekan belakangan. Gerilyawan Jalur Gaza menembakkan puluhan roket rakitan dan jet tempur Israel menyerang beberapa sasaran gerilyawan.