REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Sedikitnya dua orang pekerja Amnesty Internasional ditahan polisi Mesir setelah polisi militer berhasil menguasai Hisham Mubarak Law Center. Menurut siaran resmi AI, staf mereka yang juga anggota delegasi Human Right Watch dibawa ke sebuah lokasi yang tak diketahui dan tak ada kabar hingga saat ini.
"Kami menyerukan agar aparat segera membebaskan mereka dan membiarkan semua wkil kami untuk mengawasi situasi HAM di mesir tanpa adanya ancaman kekerasan dan penangkapan," kata Salil Shetty, sekjen AI.
Kelompok ini juga meminta Presiden AS Barack Obama untuk turut menekankan pembebasan mereka.
Kantor Berita Associated Press juga memberitakan, massa pro-pemerintah memukuli wartawan asing dengan tongkat dan tinju. The Committee to Protect Journalists menyatakan, 24 wartawan telah ditahan dalam 24 jam, termasuk perwakilan dari The Washington Post dan The New York Times. Dua puluh satu wartawan diserang, termasuk dua dengan Fox News.
Satu wartawan Yunani ditikam di kaki dengan obeng, dan fotografernya dipukuli. Peralatan peliputan mereka hancur.
Hal yang sama menimpa wartawan Al-Jazeera. Jaringan berita ini mengatakan empat koresponden mereka diserang. Editor BBC mengatakan pasukan keamanan telah menyita peralatan mereka di hotel untuk menghentikannya penyiaran. Jaringan Al-Arabiya memohon tentara untuk melindungi kantor dan wartawannya.
Juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, mengecam laporan tentang "pembungkaman sistematis" terhadap wartawan dan Departemen Luar Negeri menggambarkannya sebagai "kampanye bersama untuk mengintimidasi."
"Saya pikir dunia harus turut mengawasi tindakan yang sedang berlangsung sekarang di Mesir," kata Gibbs.