Rabu 03 Nov 2010 02:38 WIB

Pengawasan Ternak Kurban di Depok Lemah

Rep: c23/ Red: Siwi Tri Puji B

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK- Menjelang hari raya Idul Adha sekitar dua pekan mendatang, ternyata pengawasan lalu lintas ternak kurban di Kota Depok masih lemah. Padahal, Kota Depok merupakan salah satu daerah endemik penyakit antraks di Indonesia.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Depok, Dadang Sutisna, mengatakan untuk lalu lintas perdagangan hewan ternak, terutama ternak kurban tidak dapat dipantau. Pasalnya, para pedagang hewan ternak kerap mengambilnya langsung ke daerah produsen atau melalui agen atau perantara.

Daerah yang mengirimkan hewan ternak ke Kota Depok, seperti daerah di Jawa Barat yakni Kota dan Kabupaten Bogor, serta provinsi lainnya yakni Jawa Tengah, Bali, Lampung, Banten dan Nusa Tenggara Timur. Para pedagang ternak di Kota Depok, meminta kiriman dari daerah tersebut tanpa dapat dipantau Distankan Kota Depok.

“Untuk memantau hewan ternak khusus kurban Idul Adha, kami akan melakukan pemeriksaan pada para pedagang ternak kurban di pasar dan pedagang dadakan,” ungkap Dadang yang ditemui Republika di kantornya, Selasa (2/11) pagi.

Karena minimnya pemantauan terhadap lalu lintas perdagangan hewan ternak, tambahnya, Distankan Kota Depok pun tidak dapat memantau harga ternak kilogram buah hidup (kg BH). Tapi ia menduga untuk harga ternak kg BH, khusus kurban, seperti kambing dan sapi, akan melonjak pada momen perayaan Idul Adha.

Pada Idul Adha 2009 lalu, paparnya, jumlah ternak kurban yang beredar sebanyak 11.756 ekor. Jumlah tersebut berdasarkan data yang dicatat dari dua rumah pemotongan hewan (RPH) dan sembilan tempat pemotongan hewan (TPH) di Kota Depok. Dari jumlah tersebut, lanjutnya, lebih dari 90 persen merupakan ternak dari luar daerah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement