REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta selaku pembangun dan operator kereta angkut massal bawah tanah (MRT atau subway) mengaku telah melakukan diskusi kajian rencana keamanan proyek MRT Jakarta. "Sebagai moda transportasi massal, maka keamanan menjadi utama, sehingga unsur-unsur keamanan selalu diutamakan dalam tiap aspek pembangunan MRT Jakarta dari tahap awal perencanaan sampai ke tahap operasi dan pemeliharaan," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tribudi Rahardjo di Jakarta, Selasa.
Tribudi mengatakan, dari hasil diskusi kajian keamanan MRT bersama dengan berbagai ahli, maka akan disusun rencana strategis keamanan dan keselamatan MRT Jakarta. Salah satu antisipasi yang dibahas adalah mengenai penurunan tanah.
Ketua Umum Himpunan Ahli Tehnik Tanah Indonesia (HATTI) Bigman Marihat Hutapea mengatakan proyek MRT Jakarta telah memperhitungkan penurunan tanah. "Struktur MRT Jakarta dipikul oleh pondasi tiang dan pada setiap stasiun bawah tanah diperkuat dengan 'cut-off-wall', maka penurunan tanah tidak perlu dikhawatirkan," katanya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan tender proyek kereta bawah tanah akan dimulai pada semester awal 2011. "Penyelesaian tender dokumen pada semester pertama akan selesai. Kita berharap, pertengahan tahun tender-tender itu akan dibuka dan dilaksanakan," kata Fauzi Bowo di Balaikota DKI Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan, Kementerian Perhubungan telah menunjuk konsultan asal Jepang, Noriaki Hirose, sebagai perancang desain konstruksi. Kereta bawah tanah tersebut direncanakan dibangun dengan panjang sekitar 110 kilometer yang terdiri dari Koridor Selatan-Utara (Koridor Lebak bulus 0 Kampung Brandan) sepanjang 23,3 km dan Koridor Timur-Barat sepanjang 87 km.
Untuk pembangunan koridor Selatan-Utara akan terbagi dua tahap yaitu tahap pertama dibangun ruas Lebak Bulus sampai Bundaran HI sepanjang 15,2 km dengan 13 stasiun dan ditargetkan beroperasi pada akhir 2016. Sedangkan tahap dua dibangun dari Bundaran HI ke Kampung Brandan sepanjang 8,1 km yang dibangun setelah tahap satu beroperasi dan ditargetkan beroperasi pada 2018.
Sementara koridor Barat-Timur saat ini sedang dalam tahap 'pre-feasibility' dan ditargetkan beroperasi paling lambat pada 2027.