REPUBLIKA.CO.ID,SOLO--Rencana renovasi Museum Radya Pustaka Solo masih terganjal masalah anggaran. Kebutuhan dana renovasi yang rencananya dibiayai pemerintah pusat ternyata belum cair hingga sekarang.
Sekretaris Komite Museum Radya Pustaka, Djoko Darjoto mengaku anggaran untuk renovasi museum telah masuk pada APBN perubahan 2010. Anggaran tersebut juga sudah disetujui.
"Pada 15 Mei lalu sudah diputuskan dalam APBN perubahan, tapi sampai sekarang anggaran senilai Rp 2, 4 Milyar itu belum turun, " ujarnya kepada wartawan di Museum Radya Pustaka, Solo, Ahad (6/6).
Djoko mengungkapkan anggaran tersebut bakal digunakan untuk mendirikan bangunan dua lantai. Lantai satu, rencananya dipakai untuk menyimpan 45 arca batu koleksi Panembahan Hardjonagoro alias Go Tik Swan. Sedangkan, lantai dua khusus untuk ruang perpustakaan.
“Sekarang daya tampung ruang perpustakaan hanya mampu untuk 8 orang. Rencananya diperluas biar bisa menampung 100 orang. Sedangkan kalau koleksi Go Tik Swan ditempatkan di ruang pamer yang sudah ada, tentunya tidak akan muat,” paparnya.
Ruang perpustakaan yang ada saat ini, ungkap Djoko membuat pengunjung terpaksa berdesakan atau duduk di teras depan saat membaca buku koleksi museum. Seperti Jumat (5/5) lalu, sekitar 44 mahasiswa dari Jurusan Bahasa Jawa, Universitas Negeri Semarang, harus duduk lesehan ketika mempelajari naskah kuno koleksi museum. Para mahasiswa itu duduk di atas karpet yang sengaja disediakan pengelola di teras depan museum.
“Kami berharap dana itu segera jelas, agar kami juga secepatnya bisa memindahkan arca batu koleksi Panembahan Go Tik Swan. Dari dulu sudah direncanakan, tapi belum bisa dilaksanakan, sampai sekarang. Kondisi perpustakaan juga sudah saatnya dipikirkan,” tandasnya.
Diakui Djoko, pihaknya telah melakukan komunikasi dengan pihak pemerintah kota (pemkot) Solo terkait rencana renovasi tersebut. Bahkan, pihaknya mengaku telah menyerahkan berkas-berkas persyaratan renovasi kepada pemkot untuk dikirimkan ke pemerintah pusat. "Terakhir, saya sudah kirimkan surat status tanah. Proposal renovasi dan syarat lain sebelumnya juga sudah saya kirimkan, " ujarnya.
Sementara itu, pihak pemkot saat ini masih menunggu kepastian turunnya anggaran dari APBN perubahan. Anggaran tersebut sebenarnya tidak hanya untuk membiayai renovasi museum. Akan tetapi, setidaknya terdapat empat proyek besar lain yang membutuhkan injeksi dana dari APBN perubahan tersebut.
Empat proyek tersebut adalah pembangunan lanjut Solo Techno Park (STP) senilai Rp 12 miliar, koridor Jl Gatot Subroto Rp 14 miliar, pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Solo Rp 10 miliar, dan revitalisasi Pura Mangkunegaran senilai Rp 20 miliar.
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Solo, Budi Yulistianto mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan menanyakan perihal kepastian anggaran itu ke pemerintah pusat.
“Nanti kami tanyakan. Kami akan ke Jakarta untuk melaporkan pemakaian anggaran. Ini rutin. Sekaligus, nanti soal anggaran dari APBN perubahan akan kami tanyakan. Secara lisan anggaran itu sudah pasti, tapi resminya dalam bentuk surat pemberitahuan kami belum terima,” jelas Budi.