REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Ketua Paguyuban Becak Yogyakarta (Aspabeta), Totok Yudianto, mengatakan ia menyambut baik rencana penerapan argometer pada becak, bahkan ia mengaku sudah punya hitungan-hitungannya.
Ia mengatakan sejak awal, paguyuban becak memang berpikiran keuntungan penerapan tarif tersebut, sehingga bisa mempertemuakan kepuasan penumpang, dan kepentingan pengemudi becak. ''Sebelum ada argometer, kami sudah mengusulkan supaya ada tarif minimal yaitu Rp 5.000 per kilometer. Kalau ada argo tentunya bisa diatur lebih rinci lagi,'' katanya.
Menurutnya, paguyuban pengemudi becak intinya menginginkan adanya tarif minimal. Selanjutnya, tentunya penerapan tarif itu juga bisa mengakomodasi kondisi cuaca, beban barang bawaan, yang tentunya perlu ada kesepakatan antara penumpang dan pengemudi.
Pemkot Yogyakarta sedang mengkaji rencana penggunaan argometer pada becak untuk menghindari kecurangan tarif yang mungkin saja dilakukan oleh pengemudi becak, terutama terhadap wisatawan-wisatawan yang berkunjung ke kota ini.
''Saat ini kami masih menggali dan menampung usulan-usualan dari pihak-pihak terkait, soal kemungkinan penggunaan argometer pada becak-becak yang beroperasi di kota ini,'' kata Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Purnomo Rahardjo, Kamis.
Menurut dia, harus diakui selama ini di lapangan selalu terjadi keluhan yang berkaitan dengan tarif becak ini, karena memang tak ada patokan yang mengaturnya. ''Bahkan juga tidak ada kesamaan tarif diantara sesama pengemudi becak, karena biasanya tarif ini ditentukan berdasarkan negosiasi dengan penumpang,'' katanya.