REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG--Untuk kedua kalinya, puluhan ton ikan milik peternak ikan air deras di Kabupaten Musi Rawas (Mura), Sumatra Selatan (Sumsel), Rabu (4/8), mati mendadak. Ikan tersebut diduga mati karena racun.
Matinya puluhan ton ikan milik peternak ikan kolam air deras di Kecamatan Tugumulyo tersebut mirip dengan peristiwa yang terjadi pada 23 Juni 2010 lalu di Kelurahan Ekamarga, Kecamatan Lubuklinggau Selatan. Saat itu puluhan ton ikan jenis nila siap panen dan babon (indukan) jenis ikan mas milik beberapa peternak ikan mati mengambang di air kolam.
Menurut beberapa peternak, gejala ikan yang mati sama dengan peristiwa yang terjadi 1,5 bulan lalu. Ikan tersebut menunjukkan gejala seperti keracunan dengan melompat dari air di kolam.
Dari kolam milik Tarmizi yang sebanyak 30 kolam, ikannya diketahui mati pada Rabu subuh. Penjaga kolam melihat ikan-ikan yang ada di kolam melompat-lompat, kemudian tenggelam dan tak lama kemudian sudah mengambang di permukaan kolam.
Peristiwa serupa juga diceritakan Andri peternak ikan di Kelurahan Karangketuan, dan ikan miliknya yang mati diperkirakan mencapai 400 kg dengan usia satu bulan. Andri beruntung karena ada sekitar 300 kg ikannya yang berhasil diselamatkan.
Peternak ikan deras menduga, ikan-ikan mereka mati karena racun yang dimasukkan ke saluran irigasi air kolam deras yang berasal dari dam watervang. Air dari irigasi tersebut yang mengalir ke kolam-kolam milik peternak ikan di Musi Rawas tersebut.
Menurut para peternak, ikan yang mati rata-rata berumur 2-3 bulan dan tidak lama lagi siap untuk dipanen . Akibat puluhan ton ikan yang mati tersebut, para peternak mengaku menderita kerugian mencapai puluhan juta rupiah.
Anggota Polres Musi Rawas dari Polsek Tugumulyo yang mendapat informasi matinya puluhan ton ikan tersebut langsung mendatangi lokasi kolam air deras warga. Menurut Kapolsek Tugumulyo AKP Edi Sunarto, polisi belum bisa memastikan jenis racun yang menyebabkan ikan-ikan tersebut mati mendadak.
Menurut Edi, memang kuat dugaan ikan-ikan tersebut mati karena diracun, mungkin saja menggunakan racun jenis tiodan atau menggunakan putas. ''Tapi kita belum bisa memastikan karena harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu,'' jelasnya.