REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Pengelolaan dan fasilitas museum di DI Yogyakarta kurang standar. Museum seharusnya menjadi tempat konservasi, tempat perawatan, sampai tempat pengamanan dan pelayanan.
Tetapi museum di Indonesia terutama di DIY belum seperti itu. ''Kadang kepala museum itu ya membersihkan ruangan, mengatur ruangan. Bahkan kadang semuanya ditangani sendiri. Sehingga banyak sekali museum yang terbengkelai,'' kata Kepala Dinas Kebudayaan Djoko Dwiyanto pada wartawan, usai pelantikan Pengurus Badan Musyawarah Musea (Barasmus) DIY Periode 2010-2014, di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Kamis (12/8).
Di luar negeri kadang ada museum yang dipegang oleh dua orang saja, tetapi karena perawatannya serba elektronik, masuk pintu pakai magnet, sehingga tetap aman. Di sisi lain, lebih dari 90 persen museum di DIY tak ada pengamanan yang ketat, seperti pakai alarm dan CCTV, karena untuk itu butuh modal.
''Museum di Yogyakarta yang ada CCTV dan alarmnya setahu saya hanya Sonobudoyo, Keraton Yogyakarta, dan Museum Affandi,''ungkap Djoko. Untuk memberikan pengamanan di semua museum di DIY, pihak Dinas Kebudayaan DIY tidak bisa melakukan semua, karena ada museum swasta dan museum negeri.
''Kalau museum swasta kami hanya sampai pada pembinaan teknis, tidak sampai pembinaan operasional seperti bantuan dana. Kecuali kalau bantuan untuk fisik, tetapi lain jika ada bantuan dari Gubernur,''kata Djoko.
Sementara itu Ketua II Pengurus Harian Barasmus RM Donny Surya Megananda mengharapkan semua museum di DIY mempunyai standar keamanan yang sama. Hal ini, kata dia, akan bisa terlaksana pada saat revitalisasi museum, baik dari segi keamanan, pelayanan, maupun kebersihannya. Rencananya revitalisasi akan dilakukan sampai tahun 2014 dan setiap tahun ada penjatahan untuk beberapa museum.
Saat ini jumlah museum di DIY yang menjadi anggota Barasmus ada 30 museum, sedangkan yang belum menjadi anggota Baramsus ada 10 museum. Namun dia mengaku belum tahu secara terperinci berapa museum yang menjadi milik negeri dan milik swasta.