REPUBLIKA.CO.ID, SOLO—Laju pertumbuhan penduduk Solo dalam satu dasawarsa terakhir ternyata cukup rendah. Pertambahan penduduk Solo hanya 100.000 jiwa atau 0,25 persen, jauh dibawah angka Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,46 persen.
Laju pertumbuhan penduduk di dua kecamatan di Solo bahkan berada pada angka minus. Kecamatan tersebut adalah Laweyan dengan laju pertumbuhan -0,21 dan Serengan dengan -0,57. Sementara untuk kecamatan Pasar Kliwon, tidak ada pertumbuhan penduduk atau 0 persen.
Pada Sensus Penduduk terakhir tahun 2000, jumlah penduduk berada pada angka 490 ribuan jiwa. Sementara dari hasil olah cepat SP 2010 di Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo, total jumlah penduduk saat ini mencapai 500.642 jiwa. Jumlah tersebut didominasi perempuan yakni 257.279 jiwa dan laki-laki 243.363 jiwa.
Dari lima kecamatan yang ada, laju pertumbuhan tertinggi terdapat di Kecamatan Jebres yaitu 0,87 persen. Namun jika dilihat dari jumlah penduduk total di Solo terbanyak berada di Banjarsari dengan 157.438 jiwa. Adapun yang terendah di Serengan dengan jumlah 44.120 jiwa.
“Ini merupakan hasil olah cepat BPS Solo. Untuk data final yang lebih detail diolah BPS provinsi. Sebelum dirilis, hasil itu disahkan lebih dulu di BPS pusat, ujar Kepala BPS Solo, Toto Desanto kepada wartawan di Balaikota Solo, Rabu (25/8).
Menurutnya, pertumbuhan penduduk di Kota Solo memang tak banyak terjadi lonjakan. Lahan kota dengan luas 44,03 km persegi yang sudah sangat padat tidak memungkinkan untuk berkembang. “Karena memang ruang sangat terbatas, jadi tidak ada lonjakan penduduk, " cetusnya.
Tingkat kepadatan Kota Solo memang tertinggi se-Jawa Tengah yaitu 11.370 jiwa/ km2. Jauh di atas tingkat kepadatan Jawa Tengah yang mencapai 992 jiwa/km2. "Angka kepadatan ini menjadi PR sendiri bagi Pemkot Solo untuk bisa menyediakan sarana dan prasarana yang baik bagi masyarakatnya. Belum lagi keberadaan/ commuters/ (pelaju) yang jumlahnya tak kalah dengan jumlah penduduk Solo,” paparnya.