REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN--Harga beberapa jenis sayur-mayur mengalami kenaikan tajam, menyusul terhentinya kegiatan pertanian di Tanah Karo, Sumatra Utara (Sumut), sebagai dampak dari meletusnya Gunung Sinabung. Ratusan hektare tanaman petani di kawasan gunung di Kabupaten Tanah Karo itu terancam mati, akibat terkena partikel dan debu vulkanik.
Kenaikan harga sayur-mayur itu mulai terasa dalam dua hari ini di Medan. Cabai merah misalnya, yang sudah normal harganya sekitar Rp 15.000/kg kini mulai naik lagi menjadi Rp 20.000/kg. Sedangkan tomat dari Rp 3.000/kg menjadi Rp 7.000/kg, dan wartel dari Rp 4.000 menjadi Rp 10.000/kg.
''Pasokan dari Tanah Karo kurang,'' kata seorang pedagang di Pasar Simpang Limun, Selasa (31/8). Ia memperkirakan harga sayur-mayur yang selama ini disuplai dari Karo akan naik lagi.
Sejumlah warga di Karo mengakui kalau tanaman pertaniannnya rusak. “Debu panas me nyebabkan tanaman mati, ditandai dengan layu lalu kemudian gosong,” kata Kepala Desa Bekera, Naik Sembiring. Dia mengatakan, tanaman yang terancam mati adalah kopi, coklat, jagung, padi, sayur-sayuran berupa kol, kubis, wartel, dan lainnya. Sebagian besar tanaman itu baru saja ditanami warga dan sebagian lagi sudah siap panen.
Pihaknya berharap hujan hujan turun, sehingga tanaman warga bisa selamat dan tumbuh kembali seperti semula. Sebab, partikel belerang dan debu vulkanik yang menempel dipastikan akan turun ke tanah dibawa air. “Partikel belerang dan debu vulkanik yang meresap ke tanah itu, akan menjadi pupuk yang sangat bagus bila diserap oleh akar pada masa mendatang,” kata Sembiring.
Hanya saja, kata Sembiring, selama tiga hari ini setelah Gunung Sinabung meletus, tidak pernah turun hujan, sehingga menyebabkan cuaca di pegunungan itu sangat panas. Namun, kalau malam hari, sangat terasa dingin yang bisa mengganggu ribuan pengungsi yang tinggal di penampungan. “Kami berharap dalam beberapa hari ini hujan turun, sehingga tanaman warga selamat dari kematian. Sebab tanaman itulah satu-satunya harta warga untuk bertahan hidup,” katanya.
Ribuan warga masih mengungsi
Sampai saat ini warga masih terus mengungsi di sejumlah tempat penampungan. Pasalnya, pemda belum menurunkan status Gunung Sinabung. Apalagi letusan kecil masih terus terjadi beberapa kali. Namun tidak sedikit yang sudah berani pulang ke rumahnya karena alasan ingin menjaga rumah dari kemungkinan dimasuki penjahat. Begitupun jumlah pengungsi, menurut data dari Dinas Kominfo Kabupaten Tanah Karo, masih sebanyak 25 ribu jiwa yang ditampung di sepuluh lokasi di kota Kabanjahe dan Berastagi.
Sementara itu, angkutan penumpang dari Medan menju ke Singkel, Aceh, yang selama ini melalui rute Kabanjahe, belum bisa dioperasikan. Begitu juga penerbangan Susi Air ke Pinangsori (Tapanuli Tengah) dan Sinabang (Aceh Barat) terpaksa dihentikan, karena pengaruh debu vulkanik Gunung Sinabung yang mengganggu navigasi.