REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta ternyata diikuti dengan naiknya permintaan darah merah ke Palang Merah Indonesia (PMI) setempat.Padahal pasca lebaran tahun 2010 lalu,stok darah di PMI Kota Yogyakarta mengalami penurunan.
Kabid Informasi PMI Kota Yogyakarta, Anggun Gunadi mengatakan, sejak seminggu terakhir permintaan darah mengalami peningkatan hingga 5 persen setiap harinya. Padahal sejak H-2 lebaran lalu, stok darah di PMI turun hingga 12 persen.
"Peningkatan sudah ada meskipun belum signifikan sekitar 5 persen.Tapi stok darah kami juga menurun 12 persen setelah banyak dipakai saat lebaran kemarin," terangnnya saat dihubungi, Rabu (22/9).
Menurutnya, kebutuhan darah di Kota Yogyakarta setiap bulannya mencapai 150 kantong darah. Untuk sebulan terakhir, kebutuhan meningkat hingga 170 kantong.
Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan darah sendiri, PMI kata Anggun telah memiliki database para pendonor tetap dan pendonor pendamping. Mereka sewaktu-waktu bisa dihubungi untuk diminta mendonorkan darahnya.
"Kesadaran masyarakat Yogya untuk berdonor darah sangat tinggi.Karenanya kita telah mendata seluruh pendonor tetap dan pendamping pendamping jika sewaktu waktu dibutuhkan mendadak," tambahnya.
Diakuinya, tidak seluruh pasien DBD membutuhkan tambahan darah. Karenanya peningkatan permintaan darah tidak signifikan dengan kenaikan kasus DBD itu sendiri.
Seperti diketahui, hujan yang terus menerus menguyur Yogya meski belum masuk musim penghujan bukan hanya merugikan para petani. Dari sisi kesehatan, musim hujan dini juga merugikan. Di Yogyakarta kasus DBD hingga September 2010 ini tercatat sebanyak 1.123 kasus.
Jumlah itu naik 40 persen dibandingkan data hinga akhir tahun 2009 lalu yang hanya 688 kasus dan tahun 2008 yang hanya 768 kasus. Kasus DBD itu diyakini akan terus meningkat seiring terus turunnya hujan.
Kasie Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta dr Fita Yulia K mengatakan, hujan yang terus menerus mengguyur kota Yogyakarta meskipun belum masuk musim penghujan menjadi penyebab meningkatnya kasus DBD di kota tersebut. "Ini memang penyebab klasik, tetapi memang seperti itu selain juga kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungannya terhadap jentik nyamuk," terangnya.
Menurutnya, jumlah kasus DBD tahun ini termasuk cukup tingi. Berdasarkan data Kota Yogyakarta pernah dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada tahun 1998 dengan jumlah kasus 1.638 dan 23 kasus kematian akibat penyakit tersebut. Setelah tahun itu hinga 2009 kasus DBD di Kota Yogyakarta tidak mencapai 1.000 kejadian.
Tetapi tahun 2010 ini hinga data September telah ditemukan 1.123 kasus DBD. Dari jumlah tersebut, kasus terbanyak di temukan di Kelurahan Gerdongkiwo sebanyak 62 kasus, Kelurahan Suryodiningratan 55 kasus, Kelurahan Baciro 51 kasus, Kelurahan Ngampilan 4 kasus dan Kelurahan Sorosutan 43 kasus.