REPUBLIKA.CO.ID, WAYKANAN--Ahmad Mizar Aditiyan, balita dua setengah tahun di Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung, menjalani hidup tanpa saluran pembuangan kotoran atau anus.
"Dari lahir sampai sekarang, anak saya membuang kotoran melalui saluran buatan yang dibuat pihak RSUD Baturaja, Sumatra Selatan di perut sebelah kirinya," ujar ibunya, Zakiyah (34 tahun), di Kasui-Waykanan, Ahad (25/9).
Zakiyah mengharapkan, putra bungsunya itu menjalani kehidupan normal sebagaimana anak-anaknya yang lain, Eva Agustina (11) dan Nely Amelia (7), atau anak-anak sebayanya.
"Harapan saya ia bisa normal, kendati saat ini ia bisa beraktivitas bersama teman-temannya, namun tidak bisa total karena saluran buatan tersebut menonjol dan harus selalu dibalut kain," lanjutnya.
Istri dari seorang buruh serabutan bernama Muslimin (36) itu mengatakan, dalam keseharian setiap membuang tinja, putranya yang terlahir 8 Mei 2008 itu selalu membutuhkan bantuannya. "Untuk makan seperti pada umumnya, nasi, namun saya buat lembut terlebih dahulu, karena pihak RSUD Baturaja menyarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang keras," jelasnya.
Zakiyah mengatakan, selain dibantu suaminya, Adit, kadangkala juga dibantu ibu kandungnya, Supatma (62) atau adik iparnya, Sepita Sari (14). "Andai ada rezeki, saya berharap bisa membawa anak saya ke RSUD Baturaja lagi untuk operasi supaya kondisinya normal," jelasnya.
Zakiyah mengaku, bersama suaminya, dia sedang mengumpulkan uang untuk operasi pembuatan saluran pembuangan yang membutuhkan biaya Rp 5 juta. "Biaya operasi awal waktu itu Rp 5 juta, karena ada Askes, dipotong setengah, menjadi Rp 2,5 juta, Alhamdulilah, meski sebenarnya bagi kami uang sejumlah itu terlampau besar," jelasnya.