REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN--Hujan deras yang mengguyur wilayah Klaten, Kamis (4/11), sejak pukul 12.00 WIB, membuat genangan air masuk ke tenda pengungsian di lapangan Desa Keputran, Kecamatan, Kemalang. Puluhan pengungsi yang berada di tenda terpaksa makan jatah makan siang sambil berdiri.
Dari pantauan Republika di lokasi pengungsian Desa Keputran, Kamis, puluhan pengungsi yang memenuhi tenda mendapat jatah makan siang sekitar pukul 14.00. Puluhan orang anak dan dewasa terpaksa makan sambil berdiri lantaran tenda yang beralaskan kain terpal digenangi air. Sementara barang-barang pengungsi ditumpuk agar tak tergenang air. Jumlah pengungsi yang membludak sejak semalam, membuat gedung sekolah dan gedung pemerintah setempat penuh. Akibatnya, sebagian pengungsi harus menghuni tenda di lapangan.
Menurut Warga Desa Bumiarjo, Nyahmi (30 tahun), dia mengungsi bersama 60 warga lainnya pada Kamis pagi sekitar pukul 06.00. Setiba di lokasi pengungsian Desa Keputran, ternyata sudah penuh sehingga warga harus menempati tenda yang didirikan di lapangan setempat. “Pagi tadi, ada hujan abu, warga langsung mengungsi, belum makan sejak pagi. Jatah makan siang baru diterima jam segini, “ tuturnya.
Senada, Sitijem (50) pengungsi dari Desa Bumiarjo lainnya yang tiba sejak semalam kesulitan mencari tempat untuk tidur. Dia yang datang bersama ibunya, Supotinoyo yang telah lanjut usia harus mencari ruang kosong di gedung-gedung sekolah. “Saya hanya bisa menitipkan ibu biar bisa tidur. Saya sendiri tidak dapat tidur karena tidak kebagian tempat, “ ungkapnya. Dia mengakui belum tahu harus mengungsi ke mana mengingat tenda pengungsian telah kebanjiran.
Sementara itu, Camat Kemalang, Suradi mengatakan, ribuan pengungsi mendatangi lokasi pengungsian sejak semalam. Dari perkiraan pengungsi yang hanya 5000 jiwa melonjak menjadi hampir 12 ribu jiwa. “Pengungsi tersebar di empat kecamatan yakni Karangnongko, Manisrenggo, Kebonarum, dan Kemalang,“ katanya.
Diakuinya, konsumsi untuk pengungsi masih kesulitan untuk dipenuhi. Hal ini lantaran jumlah tenaga masak masih kekurangan. “Belum ada tenaga masak, kalau logistik ada. Tadi di Kepurun, warga harus urunan untuk beli mie instan,“ tuturnya seraya meneteskan air mata.