REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Gempa berkekuatan 5,1 skala richter (SR) melanda Ujung Kulon, Pandeglang, Banten sekitar pukul 15.59 WIB, Kamis (4/11). Namun, tidak terjadi peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Saat gempa tektonik terjadi di kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut sekitar 158 kilometer barat daya Ujung Kulon, Gunung Anak Krakatau hanya 'batuk-batuk' dan mengeluarkan letusan seperti biasanya.
Gempa tektonik pada 6,6 Lintang Selatan dan 103,78 Bujur Timur terekam pada alat seismograf di Pos Pemantau Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Kabupaten Serang. Peringatan dini tersebut membuat petugas pos pemantau waspada.
"Secara logika gempa tektonik yang terjadi di Ujung Kulon dapat memicu peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Makanya, begitu gempa terjadi kita langsung cek, tapi ternyata tidak memicu," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Kabupaten Serang, Anton Tripambudi, Rabu (3/11). Status Gunung Anak Krakatau pun masih waspada level II.
Anton menjelaskan, gempa tektonik yang terjadi di Ujung Kulon tidak terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau karena berbeda lempeng. Gempat tektonik di Ujung Kulon terjadi karena pergerakan lempeng Indoaustralia yang mengarah ke utara, sedangkan Gunung Anak Krakatau berada di lempang Eurasia. Selain itu, aktivitas Gunung Anak Krakatau memang mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh peningkatan dapur magma Gunung Anak Krakatau yang saat ini kembali aktif dan bukan karena pergerakan kulit bumi.