REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Sebanyak 13 korban luka bakar awan panas Gunung Merapi warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dirawat di Rumah Sakit Suradji Tirtonegoro Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat pagi.
Mereka yang umumnya mengalami luka bakar 20-30 persen itu, adalah warga Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka dirawat di rumah sakit (RS) di Klaten, karena bangsal perawatan RS Dr Sardjito Yogyakarta tidak mampu lagi menampung para korban luka bakar tersebut.
Menurut salah seorang dokter di RS Suradji Tirtonegoro Klaten, jika ada pasien korban awan panas dengan luka bakar di atas 50 persen ke atas, harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dan memadai peralatan medisnya.
Sementara itu, pihak RS Sardjito Yogyakarta menyebutkan Merapi yang kembali meletus pada Kamis malam (4/11) sekitar pukul 23.30 WIB mengakibatkan satu anak tewas dan 30 terluka. Direktur Rumah Sakit Sardjito, dr Sigit mengatakan, korban umumnya menderita luka bakar dan terbanyak berasal dari Kecamatan Cangkringan dan bantaran Kali Gendol.
" Tingkat luka bakar bervariasi hingga 70 persen, kondisinya kritis," kata Sigit, Jumat pagi (5/11). "Sebanyak 30 korban luka mendapat perawatan intensif."
Saat ini korban terus berdatangan ke rumah sakit tersebut, kondisi rumah sakit dipenuhi korban yang terluka bahkan sampai dirawat di selasar rumah sakit.
Sigit mengatakan, kemungkinan pasien yang menderita luka bakar di bawah 40 persen akan dirujuk ke rumah sakit lain. Sementara yang menderita luka bakar di atas 40 persen akan dirawat intensif di rumah sakit Sardjito.
Jumlah korban diprediksi akan terus meningkat karena proses evakuasi masih terus berlangsung. Dikabarkan petugas mendapat kesulitan melakukan evakuasi di sekitar wilayah Cangkringan tepatnya di bantaran Kali Gendol yang lokasinya padat penduduk. Sebab di kawasan tersebut masih terasa hawa panas akibat letusan merapi tersebut.