REPUBLIKA.CO.ID,KLATEN--Banyaknya jumlah pengungsi yang masuk ke Klaten, membuat dapur umum yang didirikan di sejumlah lokasi pengungsian kewalahan memenuhi kebutuhan makan pengungsi.
“Kemampuan dapur umum terbatas. Jadi untuk memenuhi kebutuhan pengungsi, kita harus memesan 15 ribu nasi bungkus, “ Plt Sekda Klaten, Edy Hartanto ditemui di Pendopo Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Sabtu (6/11)..
Sejumlah dapur umum, ujarnya, juga harus mengkafer kebutuhan di beberapa lokasi pengungsian. Seperti dapur umum yang didirikan di kompleks Pemkab Klaten dan SMAN 3 Klaten. Lantaran masih kewalahan, dia berharap masyarakat luar juga ikut membantu. “Kita berharap ada partisipasi masyarakat untuk ikut memenuhi kebutuhan makanan pengungsi. Di beberapa lokasi pengungsian, peran masyarakat sudah mulai terlihat, “ ujarnya
Diungkapkannya, sudah tersedia di 74 titik lokasi pengungsian. Namun, tenaga masak masih terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan makanan pengungsi. “Sebenarnya pengungsi yang tidak memiliki tanggungan seperti balita, bisa untuk masak. Kita berharap mereka juga bisa diberdayakan, “ ungkapnya.
Untuk kebutuhan logistik dasar pengungsi, ungkapnya, masih cukup untuk masa tanggap darurat 30 hari. Namun, masyarakat tetap diharapkan terus mengirimkan bantuan logistik untuk pengungsi. “Logistik memang cukup untuk 30 hari, tapi kita tidak tahu nanti kalau ada apa-apa bisa juga tidak terpenuhi. Saya harap bisa mencukupi, “ ungkapnya.
Bantuan untuk pengungsi sendiri, ungkapnya, masih terus mengalir. Namun, diakuinya, bantuan tersebut belum dapat dikoordinasi dengan lancar sehingga masih ada bantuan yang menumpuk di sejumlah tempat. “Bantuan makanan kemarin (5/11), ternyata jumlahnya banyak dan hanya menumpuk. Kita belum bisa koordinasi, makanya kita coba setiap bantuan yang masuk agar dikoordinasikan dulu dengan petugas posko, “ terangnya.
Disinggung terkait menyebarnya pengungsi, Edy mengaku kesulitan untuk memusatkan mereka di beberapa titik saja. Pihaknya mengaku tidak bisa memaksa pengungsi untuk menempati titik lokasi pengungsian tertentu. “Mestinya memang dikumpulkan, tapi warganya tidak mau. Kita tidak bisa paksa, “ ujarnya.
Untuk memudahkan distribusi bantuan di banyak lokasi pengungsian, Edy mengatakan camat setempat telah ditunjuk menjadi koordinator lapangan. Jika ada kebutuhan pengungsi yang kurang, ujarnya, camat yang akan mengkomunikasikan dengan posko induk. “Kalau kekurangan akomodasi, bisa dikoordinasikan dengan posko induk sehingga kita bisa usahakan untuk membantu, “ ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Klaten, Joko Indriyo, mengatakan pihaknya menjamin kebutuhan pengungsi dapat dipenuhi. Pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten lain, mengingat pengungsi yang datang ke Kota Klaten tidak hanya dari warga setempat. “Ya, akan kita koordinasikan dengan pemkab lain untuk membantu memenuhi logistik pengungsi yang ada di Klaten, “ ujarnya.
Pengungsi yang ditampung di wilayah Kabupaten Klaten hingga Sabtu siang (6/11) terdata sebanyak 52.851 orang. Mereka tersebar di 74 titik lokasi pengungsian di 15 kecamatan. Jumlah pengungsi terbesar berada di Kecamatan Prambanan dengan 13.349 orang. Sementara lainnya berada di wilayah sekitar Kota Klaten diantaranya Kecamatan Klaten Utara (8.437), Kecamatan Klaten Selatan (6.698), dan Kecamatan Jatinom (7.660). Gedung Pemkab dan DPRD Klaten juga telah digunakan sebagai lokasi pengungsian untuk sekitar 3500 pengungsi.