REPUBLIKA.CO.ID, GIANYAR--Suasana di Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Senin (15/11) tegang karena rencana penguburan jenazah Kesel (70), seorang nenek terhambat lagi akibat rebutan lahan kuburan antarwarga.
Dari pemantauan di lapangan menunjukkan, sejak Senin pagi, puluhan warga Dusun Pakudui Kawan, Desa Kedisan, terlihat sudah berkumpul hendak menghadang penguburan jenazah Kesel yang berasal dari Dusun Pakudui Kangin, juga dari Desa Kedisan.
Karena itu polisi tampak berjaga-jaga untuk mencegah terjadinya bentrok fisik antarwarga dari satu desa tersebut. "Negoisasi akan dilaksanakan di kantor camat. Mudah-mudahan dengan negosiasi itu, masalah ini cepat terselesaikan," kata Kapolsek Tegallalang AKP I Nyoman Alit Suparta.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu perwakilan dari kedua belah pihak, termasuk para pejabat di Kabupaten Gianyar untuk berdialog sekaligus menyelesaikan masalah itu. Seperti diketahui, semenjak meninggalnya Kesel, salah seorang warga Pakudui Kangin, Jumat (12/11) malam lalu, aparat kepolisian sudah disiapkan untuk memantau wilayah itu.
Puluhan polisi siaga secara bergantian guna mengetahuai perkembangan keamanan di Pakudui, yang sejak meletus bentrokan beberapa waktu lalu akibat penolakan penguburan seorang warga, masih rawan terjadi ketegangan antarkelompok. Menurut Alit, ketegangan yang terjadi bermula dari masalah perebutan kuburan antara warga dari Pakudui Kauh dengan kubu masyarakat Pakudui Kangin.
Berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, katanya, mereka secara formal sudah setuju untuk tidak menggunakan nama Pakudui Kauh maupun Pakudui Kangin, yang ada hanya satu nama dusun, yakni "Banjar Pakudui". Diakui bahwa saat ini masih terus dalam upaya penyatuan kedua banjar, sehingga apapun yang dilakukan menyangkut penggunaan kuburan mesti dimusyawarahkan dulu supaya tidak memunculkan ketegangan.