REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Banyaknya pelaku terorisme yang berasal dari Jawa Tengah membuat Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Edward Aritonang mengatur strategi deradikalisasi di daerahnya. Salah satunya, ujar Edward, program dai kebangsaan yang akan diutus ke pelosok Jawa Tengah.
Dai kebangsaan tersebut berjumlah empat orang. Edward menuturkan mereka diambil dari anggota polisi (Polres), TNI (Kodim), dan ditambah dua anggota masyarakat. "Kita tatar di sini seminggu untuk menyiapkan di kecamatan. Kita harapkan masyarakat ada second opinion soal teroris,"ujar Edward di Menara Gumaya, Semarang, saat ramah tamah dengan wartawan Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (20/11) malam.
Menurut Edward, program tersebut merupakan proyek perdana untuk menangkal ideologi radikalisme yang disemaikan oleh beberapa kelompok masyarakat. Edward mengungkapkan dalam program tersebut, terdapat 35 Polres di Jawa Tengah yang dilibatkan.
Selain itu, Edward mengungkapkan meski datasemen 88 (Polda dan Polres) telah dibubarkan dan dipusatkan ke datasemen khusus 88 antiteror (Mabes Polri), perhatian Polda terhadap tindak pidana terorisme tidak berkurang. Menurutnya, tugas untuk menuntaskan terorisme kini dilakukan oleh intelijen dan reserse dan kriminal (reskrim). "Cuma memang 70% deradikalisasi,"ujarnya.
Lebih lanjut, Edward menjelaskan pihaknya sedang berusaha mendekatkan antara polisi dengan masyarakat. Bahkan, ujarnya, ia telah membuat data base contact person perangkat desa hingga RT. Sehingga, ujarnya, bagi warga yang butuh polisi cukup menghubungi RT setempat.