REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Walikota Surabaya Tri Rismaharini turun langsung "berhujan-hujan" untuk memantau banjir yang terjadi di hampir semua wilayah Kota Pahlawan. Ketika dikonfirmasi melalui selulernya, Jumat dini hari, pejabat yang akrab disapa Risma tersebut mengaku tidak bisa tidur nyenyak ketika mendengar dan memperoleh kabar menggenangnya air di sebagian besar wilayah kota.
"Saya langsung turun mengajak sopir hujan-hujan. Setelah menerima informasi banjir, saya langsung menuju pintu-pintu air dan boozem untuk mengurangi genangan air," ujar Risma, panggilan akrabnya.
Langkah pertama, ia langsung menuju rumah pompa di Jagir, Wonokromo, serta Rolak Gunung Sari. Kendalanya, di pintu air Jagir terlambat untuk dibuka. "Terlambatnya menurunkan rumah pompa di Jagir karena bukan kewenangan Pemerintah Kota Surabaya, tapi Jasa Tirta. Tapi sudah bisa kok," ucap wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut.
Setelah dari sana, Risma bergeser ke kawasan Pintu air Kayun, kemudian ke Petemon, Patuah, dan Simo. Selanjutnya, istri Djoko Saptoadji tersebut menuju Bozem Morokrembangan dan cukup lama memantau serta membenahi pipa disana.
"Di Bozem Morokrembangan ada kendala, karena dari lima pompa yang jalan ada dua di antaranya yang patah pada baling-baling karena terbelit sampah. Ini yang membutuhkan waktu agak lama, dan baru Jumat siang bisa difungsikan dan normal lagi," jelasnya.
Ia berjanji akan memantau pompa lagi di Lidah Wetan.
"Saya minta warga bisa sedikit bersabar dengan adanya genangan air di beberapa ruas jalan. Itu terjadi akibat terkendala secara teknis pada rumah - rumah pompa, dan curah hujan yang tinggi membuat air cepat naik," katanya.
Sebelumnya, sebagian besar di beberapa wilayah di Kota Surabaya dikepung banjir setelah hujan deras yang mengguyur hampir semalaman, bahkan disertai petir/guntur yang menggelegar dalam beberapa kali serta lampu mati dalam waktu 15 menit.
"Baru kali ini hujan sangat deras disertai petir menyambar, hingga mengakibatkan banjir dimana-mana. Saya tidak bisa pulang ke rumah kalau jalan seperti ini," ujar Andre, warga Sidotopo Wetan yang ditemui dini hari sembari memarkir motornya menghindari banjir.
Tinggi air di jalan mayoritas mencapai 50-60 sentimeter. Praktis hal tersebut membuat warga begadang dan tidak tidur semalaman menguras air yang mulai masuk rumah, karena hujan deras terjadi mulai pukul 20.00 WIB hingga menjelang Subuh. Peristiwa yang diawali dengan hujan setiap sore dalam empat hari terakhir itu melanda rumah warga kota mulai dari kawasan utara hingga selatan kota metropolis itu.