REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON-- Material vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda sampai dipemukiman masyarakat Kota Cilegon, dan sejumlah warga mengaku debu berwarna hitam tebal itu terlihat sore hari pukul 17:00 WIB.
"Saya yakin sekali kalau debu ini bukan debu jalan, karena warnanya lain dari debu biasanya," kata salah seorang warga Kelurahan Gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan, Cilegon, Fitri, Ahad (12/12).
Dia menjelaskan, keyakinan dirinya bahwa debu dengan warna hitam pekat dan sedikit kasar tersebut, setelah dia melihat kondisi rumah tetangga disekitarnya.
"Bukan rumah saya saja yang ada debu hitam itu, tapi juga rumah tetangga juga sama," ujarnya. Hal senada juga diungkapkan Wati, warga Lingkungan Pengambuan, Kelurahan Gunung Sugih, Ciwandan. Dia mengatakan, debu yang berada di teras dan atap rumahnya diyakini adalah material vulkanik Gunung Anak Krakatau.
"Kalau debu yang biasa ada di teras rumah saya warnanya tidak seperti ini, dan debu warna hitam itu bukan saja ada di teras rumah tapi juga di atap dan teras lantai dua rumah saya," katanya.
Menurut catatan dan data visual yang ada di pos pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, ketinggian asap GAK pada Sabtu (11/12) mencapai 850 meter.
Sementara itu menurut Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Serang, akibat angin musom barat kecepatan angin di Selat Sunda mencapai 20 knot.
"Angin kencang dengan kecepatan 15-20 knot akan menerjang sesuatu termasuk debu dan angin ini sampai di penghujung tahun bulan ini," kata pengamat BMKG, Eko Widianto.
Sebelumnya, warga Kota Cilegon dan Serang pada minggu kedua Bulan Oktober 2010, pernah dikejutkan dengan debu hitam yang berada di teras dan atap rumah, debu tersebut berasal dari muntahan GAK dan terbawa oleh angin.