REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memberikan pelatihan pembuatan kompos kepada warga korban bencana erupsi Gunung Merapi di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. "Pelatihan itu sebagai salah satu upaya mendukung program pemulihan pascabencana erupsi Merapi," kata Koordinator "Recovery" Merapi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Agung Astuti di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, warga korban bencana erupsi Merapi itu mendapatkan pelatihan untuk membuat kompos dengan memanfaatkan sayuran yang telah rusak terkena material vulkanik. Pascaerupsi Merapi, sayuran hasil pertanian mereka banyak yang rusak, sehingga tidak dapat dimanfaatkan. "Sayuran yang rusak tersebut sebagian kecil dipakai untuk pakan ternak, tetapi sisanya yang masih banyak tidak termanfaatkan. Oleh karena itu, bapak-bapak dan ibu-ibu di Ketep kami ajari untuk membuat pupuk kompos dari sisa-sisa sayuran tersebut," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya memberikan pelatihan untuk mengisi waktu luang mereka. Pelatihan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu itu untuk membuat kompos baik padat maupun cair. "Kami memberikan pelatihan membuat kompos, karena penggunaan pupuk kompos baik bagi tanah pertanian. Tanah akan menjadi lebih gembur dan subur," katanya.
Menurut dia, sebagian besar warga di Ketep selama ini menggunakan pupuk buatan untuk mengolah lahan pertanian, padahal pupuk tersebut dapat merusak tanah. "Hal itu disebabkan adanya zat-zat tertentu dari pupuk buatan tersebut yang tidak bisa diurai oleh tanah. Warga juga mengakui hal tersebut dan menurut mereka tanah pertanian menjadi keras," katanya.
Ia mengatakan, selain membuat kompos, ibu-ibu di Ketep juga diajari memanfaatkan dan mengelola sampah plastik menjadi kerajinan. Mereka juga diminta membuat semacam bank sampah. Ketika warga tidak mau mengelola sampah plastik, mereka dapat mengumpulkannya kemudian menjualnya ke pengepul sampah plastik sehingga sampah tidak menumpuk.
"Kami juga memberikan pelatihan pembuatan kerajinan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kami mengajarkan pembuatan kerajinan magnetik, seperti benda-benda souvenir yang dapat ditempelkan di kulkas," katanya.
Menurut dia, ke depan ketika telah mahir membuatnya, mereka dapat menjual hasil kerajinan itu di objek wisata Ketep sebagai souvenir bagi para wisatawan. "Kami berharap kegiatan tersebut warga dapat mengisi waktu luang dan memperoleh penghasilan tambahan. Dengan demikian, perekonomian dapat berjalan," katanya.