REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI--Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Dispertanhutbun) Boyolali, melakukan penanaman satu miliar pohon tanaman keras di wilayah lereng Gunung Merapi, di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, pascaerupsi Merapi. Kepala Bidang Kehutanan, Dispertanhutbun Kabupaten Boyolali, Mursid, di Boyolali, Jumat, menjelaskan,  penanaman satu miliar pohon tersebut akan dimulai Sabtu (18/12) di Kecamatan Selo, karena di wilayah itu paling banyak pohon yang rusak akibat dampak erupsi Gunung Merapi.

Menurut dia, dengan penanaman pohon tersebut diharapkan dapat memulihkan kembali jenis tanaman yang rusak akibat letusan Gunung Merapi. Di Selo, jumlahnya mencapai ribuan pohon dari berbagai jenis tanaman keras yang hancur. Pohon yang akan ditanam, antara lain jenis jati, pinus, suren, rambutan, mangga, sengon, dan wiyu.  Lahannya yang akan ditanami merupakan milik warga sekitar dan bukan di kawasan hutan milik negara. "Karena, di kawasan hutan nasional Gunung Merapi merupakan tanggung jawab dari Taman Nasional Gunung Merapi," katanya.

Selain itu, kata dia, penanaman pohon tersebut juga sebagai upaya mensukseskan program Pemerintah Pusat 'One Billion Indonesian Trees' (OBIT). Ia menjelaskan, untuk memulihkan kondisi ekosistem akibat erupsi Gunung Merapi akan memerlukan waktu cukup lama.

Namun, lanjut dia, dengan gerakan menanam satu miliar pohon ini, diharapkan secara bertahap mampu mengembalikan dan menyelamatkan ekosistem di wilayah Merapi. Pihaknya dalam kegiatan gerakan penanaman tersebut dengan melibatkan masyarakat setempat, sehingga program ini dapat berhasil guna dan optimal.

Menurut dia, Bupati Boyolali Seno Samodro bersama pejabat Muspida setempat direncanakan akan melakukan penanaman secara simbolis gerakan menanam satu miliar pohon di lereng Merapi. Program Pencanangan Penanaman satu miliar Pohon di lereng Merapi, kata dia, dilanjutkan penanaman di 19 kecamatan lainnya di  Kabupaten Boyolali.

Selain itu, 'Program one Billion Indonesian Trees' juga dimaksudkan untuk melestarikan sumber air di kawasan Merapi, mengingat daerah tangkapan atau serapan air di kawasan tersebut. "Sumber air alam di Tlatar, Pengging, Cokro Tulung, dan sumber air lainnya, berasal dari tangkapan air hujan di Kawasan Merapi," katanya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika