REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Letusan Gunung Merapi mengakibatkan sedikitnya 424 orang di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami cacat permanen. "Sebanyak 424 orang itu merupakan penyandang cacat baru akibat letusan Merapi," kata Ketua Kelompok Kerja Akrab Bencana Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Parni Hadi, di Surabaya, Minggu (19/12).
Cacat yang dialami para korban letusan Merapi tersebut, kata dia, mulai dari yang lumpuh, buta, luka bakar sekujur tubuh, hingga cacat kejiwaan. Menurut dia, angka itu belum termasuk korban letusan Merapi lainnya dari kalangan penyandang cacat yang tersebar di dua provinsi tersebut.
"Kemungkinan besar ada penyandang cacat yang menjadi korban letusan Merapi. Kami masih mendata mereka," katanya di sela acara peringatan Hari Penyandang Cacat Internasional di gedung Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Jawa Timur itu.
Ia memperkirakan di antara para korban letusan Merapi juga terdapat para penyandang cacat yang tidak sempat melarikan diri saat bencana itu terjadi. "Orang cacat yang berada di lokasi bencana tidak mungkin bisa lari. Beda dengan orang yang sehat secara fisik dan rohani," kata mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA ini.
Oleh sebab itu, pihaknya akan menyusun pedoman tentang prosedur penyelamatan para penyandang cacat dari bencana. "Pedoman itu nantinya akan kami rekomendasikan kepada pemerintah untuk ditetapkan sebagai regulasi yang berkekuatan hukum tetap, sehingga ada perhatian lebih kepada para penyandang cacat di lokasi bencana," kata mantan Direktur Utama RRI itu.
Peringatan Hari Penyandang Cacat Internasional di BKKKS Jatim diisi dengan jalan sehat dan pembagian hadiah dari panitia. Selain Parni Hadi, acara tersebut juga dihadiri Ketua Umum BKKKS Jatim Tjuk K Sukiadi serta Asisten III Sekda Provinsi Jatim Edi Purnwinarto.