REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Tragedi ‘tiwul maut’ yang merenggut enam nyawa warga Desa Jebol, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kembali menyadarkan publik bahwa masalah kemiskinan masih begitu parah di negeri ini.
Namun, apa tanggapan pemerintah? Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo, melalui Kepala Biro Humas Pemprov Jawa Tengah, H Agus Utomo, mengatakan tragedi ‘tiwul maut’ yang menewaskan enam anak dari satu keluarga warga Jepara kemungkinan karena salah dalam cara pengolahan panganan dari singkong tersebut.
Terlebih lagi, tiwul yang membuat keenam anak keracunan hingga tewas tersebut diolah dari singkong markonah. Singkong jenis ini dikenal memiliki kandungan racun cukup tinggi jika cara pengolahannya kurang benar.
‘’Masyarakat perlu mendapatkan informasi yang tepat mengenai beberapa bahan makanan yang layak dikonsumsi maupun yang berbahaya untuk dimakan. Sehingga mereka menjadi paham,’’ ungkap Agus, Rabu (5/1).
Enam anak dari pasangan Jamhamid dan Siti Sunayah meninggal awal pekan ini setelah mengomsumsi tiwul pengganti beras yang dihidangkan ibunya. Keenamnya, yang berusia antara tiga hingga 22 tahun, diduga keracunan panganan dari singkong yang semakin diakrabi orang miskin itu.
Jamhamid, buruh penjahit pada sebuah industri konveksi di Semarang, tak mampu membeli beras karena harganya semakin tinggi. Untuk mengganjal perut keluarga, istrinya kerap mengais sisa panen singkong dari ladang tetangga untuk diolah menjadi tiwul.