REPUBLIKA.CO.ID,SERANG - Debu Gunung Anak Krakatau mengarah ke selatan atau laut lepas, sehingga tidak mengotori atap dan teras rumah warga di Provinsi Banten dan Lampung.
"Karena asap Gunung Anak Krakatau (GAK) lebih condong ke selatan maka debunya tidak sampai ke perumahan dan pemukiman warga, baik di Banten maupun Lampung," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang Provinsi Banten, Anton S Pambudi, Kamis (27/1).
Saat ini katanya, asap yang keluar dari gunung yang terletak di Selat Sunda itu mengeluarkan material debu dengan ketinggian 800 meter. Itu terlihat dengan jelas dari pos pemantau. "Sejak lima hari lalu, kami dapat memantau secara visual GAk. Walaupun, visual kadang terhalang oleh kabut dan warna asapnya kelabu hitam," ujarnya.
Untuk aktivitas kegempaan, pihaknya mengaku masih belum bisa memonitor. Ini karena alat pencatat kegempaan, Seismograf, tidak bisa mencatat. "Alat yang ada di pos tidak dapat mencatat kegempaaan, sehingga kami tidak mengetahui apakah aktivitasnya naik atau turun. Tetapi, yang jelas Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status GAK di level II atau 'waspada'," terangnya.
Kepala PVMBG, Surono, menjelaskan, meski kegempaaan GAK masih belum bisa terpantau, namun kondisinya masih sama, sehingga tidak membahayakan warga pemukiman di Banten maupun Lampung. "Kondisinya masih sama. Kami masih memprediksi kegempaannya tetap stabil pada level II, sehingga tidak membahayakan warga," katanya. PVMBG, masih melarang warga atau turis mendekat ke lokasi kegempaan sampai radius dua kilometer.