REPUBLIKA.CO.ID, GARUT - Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencatat sebanyak 639 ayam di Desa/Kecamatan Banyuresmi mati akibat terserang virus H5N1 atau flu burung. Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Disnakanla Kabupaten Garut Dida Kardiana kepada wartawan, Kamis (24/2), mengatakan bahwa jumlah ayam yang mati tersebut terhitung sejak 12 Januari 2011.
"Ayam itu ada yang kondisinya sudah mati dan ada yang diserahkan warga untuk dimusnahkan dalam upaya memutus mata rantai penularan virus," kata Dida.
Unggas milik warga yang mati mendadak itu, kata Dida, tersebar di beberapa kampung, yaitu 31 ekor di Desa Sukaratu, 162 ekor di Desa Sukasari, serta 446 ekor di Desa Banyuresmi. Sebagian besar unggas yang sudah dimusnahkan itu, kata Dida, sudah dalam keadaan mati atau bangkai kemudian dibuang sembarangan oleh warga, sedangkan yang terpaksa dimusnahkan hanya terhitung kurang dari 20 ayam.
Masyarakat Desa Banyuresmi, katanya, masih banyak yang memelihara unggas terutama ayam dan tidak ingin menyerahkan ayamnya karena masih tidak percaya dengan penyebaran virus H5N1 tersebut. "Masih ada warga yang memelihara unggas di pekarangan rumah masing-masing, mereka masih tidak mau menyerahkan unggasnya untuk dimusnahkan," kata Dida.
Dida mengatakan khawatir virus yang terjangkit pada unggas menular pada manusia, terutama pemilik dan masyarakat sekitar kandang unggas. Warga mempertahankan unggasnya untuk tidak dimusnahkan, kata Dida, karena tidak setuju dengan ganti rugi dari pemerintah yang hanya Rp 12.500 per ekor untuk segala jenis ayam baik kecil maupun dewasa.
"Kami belum memusnahkan semua unggas di Desa Banyuresmi, tapi kami tetap berusaha agar warga mau menyerahkan ayamnya untuk didepopulasi (pemusnahan)," kata Dida.