REPUBLIKA.CO.ID, Yogyakarta, 17/3 (ANTARA) - Sebanyak tiga warga Kota Yogyakarta sejak Januari hingga pertengahan Maret meninggal dunia akibat terkena leptospirosis. "Sejak awal Januari sudah ada tujuh kasus penyakit leptospirosis di Kota Yogyakarta, tiga warga meninggal dunia sedangkan empat orang lainnya sembuh," kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia di Yogyakarta, Kamis (17/3).
Korban meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis tersebut adalah warga Kota Yogyakarta yang bertempat tinggal di Kecamatan Kotagede, Mergangsan dan Umbulharjo yang merupakan kecamatan pinggiran dan berbatasan dengan kabupaten lain di Provinsi DIY. "Korban sepertinya memang tertular bakteri leptospirosa yang sudah ada di wilayah Kota Yogyakarta," katanya.
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Korban pertama tertular bakteri tersebut setelah membersihkan kolam, korban kedua memiliki peternakan itik dan korban ketiga bekerja di sawah.
Menurut dia, berdasarkan kejadian tersebut dapat dipastikan bahwa sudah ada penularan bakteri leptospirosa di Kota Yogyakarta sehingga masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. "Kondisi ini bisa dikatakan sebagai bencana di bidang kesehatan, karena sebelumnya penyakit tersebut tidak ada di Kota Yogyakarta, namun kemudian sekarang ada," katanya.
Jumlah kasus penyakit leptospirosis pada 2011 tersebut lebih banyak dibanding kasus pada tahun sebelumnya yakni tiga kasus yang kesemua korbannya dapat disembuhkan. Namun demikian, Fita mengatakan, kondisi tersebut belum dapat dinyatakan sebagai sebuah kejadian luar biasa (KLB).
Pihak Dinas Kesehatan telah melakukan koordinasi dengan Sekretaris Daerah, Badan Lingkungan Hidup, Bidang Pertanian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) serta ke Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Daerah (BKPBD). Sekretaris Daerah telah mengirimkan surat edaran ke kecamatan dan kelurahan untuk melakukan sosialisasi kepada warga terkait kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit tersebut.
Gejala-gejala umum yang dijumpai pada seorang yang diduga terinfeksi bakteri leptospira adalah demam dengan suhu lebih dari 38 derajat celcius, sakit kepala, nyeri otot betis sehingga sulit berjalan, mata memerah namun tidak ada kotoran mata yang keluar dan juga terjadi kekuningan pada kulit. Cara penularan penyakit tersebut adalah melalui selaput lendir mata, hidung atau kulit yang terluka dan makanan yang terkontaminasi urine tikus.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menutup makanan agar terhindar dari urine tikus, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menggunakan sepatu dan sarung tangan saat bekerja di kolam atau berkebung, menutup rapat tempat sampah, menghindari tikus di dalam rumah, dan melakukan desinfeksi tempat-tempat yang tercemar tikus. "Bakteri ini bisa bertahan di air tawar dalam waktu 30 hari, sehingga masyarakat harus terus meningkatkan kewaspadaan," katanya.
Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga telah melakukan pengadaan reagen untuk mendeteksi penyakit leptospirosis itu dengan lebih cepat, bahkan pemeriksaan dapat dilakukan di puskesmas-puskesmas. "Masyarakat yang merasa mengalami gejala-gejala penyakit tersebut harus segera memeriksakan diri ke puskesmas terdekat karena masa kritis penyakit ini adalah dalam waktu tujuh hingga 10 hari," katanya.
Ia menambahkan penyakit tersebut menyerang organ dalam, seperti hati dan ginjal. Sebelumnya, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut, khususnya di kecamatan-kecamatan yang berada di daerah perbatasan.
Sebanyak tujuh kecamatan tersebut adalah Gondokusuman, Tegalrejo, Wirobrajan, Mantrijeron, Umbulharjo, Kotagede dan Mergangsan. Menurut Kepala Bidang Pertanian Benny Nurhartanto, sosialisasi dimulai dari Kecamatan Kotagede dan diharapkan sudah dapat diselesaikan pada pertengahan Maret.
Selain melakukan sosialisasi terhadap penyakit leptospirosis tersebut, Benny juga mengatakan telah membagikan alat dan obat pembasmi tikus Tiran 58 PS kepada masyarakat, namun penggunaanya harus dilakukan oleh gabungan kelompok tani yang ada di wilayah tersebut.