Kamis 17 Mar 2011 19:41 WIB

Banjir Bandang di Aceh, Satu Desa Masih Terisolir

atu unit mobil terendam lumpur akibat banjir bandang Aceh
Foto: ANTARA/Irwansyah Putra
atu unit mobil terendam lumpur akibat banjir bandang Aceh

REPUBLIKA.CO.ID, TANGSE PIDIE - Satu desa yang dilanda banjir bandang di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, masih terisolasi karena ruas jalan ke tempat itu masih tertimbun longsor. Desa yang terisolasi itu adalah Gampong (Desa) Blang Pandak.

Di Gampong ada sekitar 3.000 jiwa korban bencana. Banjir bandang yang melanda sejumlah desa di kawasan pedalaman Kabupaten Pidie, Tangse atau sekitar 170 kilometer, Kota Banda Aceh, terjadi pada Kamis (10/3) malam.

Banjir menyebabkan kerusakan berbagai infrastruktur publik dan rumah penduduk. Data terakhir menyebutkan korban meninggal dunia banjir tersebut mencapai 12 orang.

Kendati terisolasi, korban bencana di gampong itu tidak mengalami krisis makanan. Distribusi bantuan dibawa dengan berjalan kaki sekitar lima kilometer dari desa terdekat yang bisa dilalui kendaraan bermotor.

Kini pembersihan ruas jalan ke Gampong Blang Pandak menggunakan alat berat juga terhambat. Alat berat yang dikerahkan tidak bisa beroperasi karena tertimbun longsor di kawasan Rantau Panyang, terpaut beberapa kilometer dari desa terisolir.

Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, dan sejumlah pejabat ketika meninjau longsor tersebut mengharapkan akses jalan desa terisolir bisa ditembusi kendaraan untuk mengangkut logistik korban banjir bandang.

Gubernur mengatakan, sebelumnya ia telah dijanjikan ruas jalan tersebut bisa ditembus. Tapi, karena pekerjaan yang begitu berat dan tanah yang labil menyebabkan proses pembersihan longsor mengalami kesulitan.

"Jika cuaca dalam beberapa hari ini membaik, maka ruas jalan yang tertutup longsor bisa dibersihkan. Warga tidak perlu khawatir, bantuan tetap dikirim," katanya.

Selain itu, kata dia, berdasarkan laporan dari Pemkab Pidie, dibutuhkan dana sekitar Rp20 miliar untuk rehab darurat dan diharapkan anggaran dibantu pemerintah pusat.

Sementara, ingga hari kedelapan, aktivitas masyarakat di daerah bencana sudah kembali normal. Kendati begitu, aktivitas masyarakat belum berjalan baik.

Para pelajar belum memiliki pakaian dan ikutpelajaran. Alat belajar mereka sudah tidak ada lagi karena sebagian rumah mereka rusak disapu banjir bandang.

Menurut Irwandi, setelah masa darurat, yang paling dibutuhkan masyarakat adalah tempat tinggal. Pemerintah akan memfokuskan membangun rumah, ruas jalan, jembatan, serta tanggul sungai.

"Jika ada rumah warga yang tidak bisa lagi dibangun di tempat asal karena tanahnya sudah amblas ke sungai, maka pemerintah daerah akan memikirkan relokasi mereka," kata Irwandi Yusuf.

Gubernur juga mengatakan, soal logistik dan pakaian tidak ada masalah serta mencukupi untuk beberapa. Gubernur juga minta dinas terkait membangun sumur bor karena sumur terdahulu tak bisa lagi digunakan sebab telah bercampur lumpur dan logam keras.

Menurut dia, banjir bandang di Tangse tersebut tidak terlepas dari gempa 9,0 SR 26 Desember 2004, yang mengakibatkan bergesernya struktur tanah. Selain itu, banjir bandang ini karena akibat pembalakan liar. "Pembalakan liar memang terjadi beberapa tahun lalu, namun imbasnya dirasakan sekarang ini," katanya

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement