REPUBLIKA.CO.ID,PADANG--Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015 yang dikutip di Padang, Selasa, menyebutkan bencana alam masih mengancam selain konflik sosial, endemi wabah penyakit dan kegagalan teknologi. Ancaman bencana itu antara lain disebabkan posisi Sumbar terletak dekat dengan pertemuan lempeng Indo-Australia dan Euro Asia di samudera Hindia sebelah Barat Mentawai serta dilalui patahan semangka dari Solok Selatan sampai Pasaman.
Selain itu, Peraturan Gempa Indonesia (SNI-1726 2002) menempatkan Sumbar sebagai salah satu wilayah yang memiliki percepatan gempa maksimum (PGA) tertinggi di Indonesia. Potensi bencana itu juga diperkuat kajian dilakukan sejumlah ahli geologi dan didukung dokumen Pemerintah Belanda menunjukkan di Padang pernah terjadi gempa besar diikuti gelombang tsunami pada 10 Februari 1797 dan 24 November 1833.
Tsunami itu memiliki ketinggian mencapai sekitar empat meter dan landaannya menjangkau wilayah sejauh satu kilometer dari pantai. Dalam catatan sejarah juga mengungkapkan pada 28 Juni 1926 terjadi gempa 7,0 Skala Richter mengguncang Sumbar menyebabkan 354 orang tewas dan sekitar 3.000 unit rumah rusak.
Gempa tersebut sangat populer di Sumbar saat itu dan menjadikan bencana itu sebagai referensi penunjuk waktu untuk mencatat sesuatu yang terjadi terkait dengan bencana alam yang melanda daerah ini. Bencana gempa dengan kekuatan besar kembali melanda Sumbar pada 6 Maret 2007 dengan kekuatan 6,3 skala richter menewaskan 66 orang dan merusak sekitar 35 ribu rumah warga di 10 kabupeten dan kota.
Pada 30 September 2009 gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter kembali menguncang Sumbar menyebabkan 1.195 orang tewas dan sekitar 249 ribu rumah warga rusak di 10 kabupaten dan kota termasuk merusak parah infrastruktur ekonomi dan sosial provinsi ini. Pascagempa besar diikuti tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada 2004, gempa diikuti tsunami menambah momok bagi masyarakat Sumbar akan kerawanan daerah ini terhadap dua bencana tersebut.
Di samping rawan gempa dan tsunami, Sumbar juga memiliki gunung api, seperti Gunung Merapi, Gunung Tandikek, Gunung Talang dan Gunung Kerinci yang berpotensi menimbulkan bencana terhadap wilayah sekitarnya. Tahun 2006, Gunung Talang sempat menyembulkan lahar meski tidak menimbulkan bencana besar dan telah menarik ahli nasional dan internasional untuk mengkaji lebih lanjut karakteristik gunung tersebut untuk memprediksi aktifitas di masa datang.
Begitu pula Gunung Merapi masih terus mengeluarkan asap pada beberapa tahun belakangan, sehingga potensi bencana yang ditimbulkannya terhadap penduduk sekitarnya cukup besar. Sumbar juga memiliki sungai-sungai besar yang mengalir dari wilayah pengunungan wilayah Timur menuju arah pantai Barat Sumatera, dimana daerah aliran sungai (DAS) berpotensi banjir terutama pada musim hujan dan telah banyak konrban dan infrastruktur rusak akibat banjir.
Selain banjir, Sumbar juga rawan longsor dan pernah terjadi 4 Mei 1987 di Bukit Tui Padang Panjang menyebabkan 143 orang tewas, 49 rumah dan satu sekolah rusak berat serta tertimbun tanah. Sumbar juga berpotensi terhadap abrasi pantai, khususnya di wilayah yang berbatasan dengan laut terbuka dan dilaporkan telah terjadi perubahan garis pantai akibat abrasi yang menyebabkan rumah dan bangunan di atasnya runtuh.