REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Sejumlah sumur milik warga di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di sepanjang aliran lahar Sungai Gendol saat ini tidak layak konsumsi karena air yang diambil dari sumur tercium bau belerang yang menyengat.
"Kemungkinan besar sumur-sumur warga ini tercemar belerang yang meresap melalui Sungai Gendol," kata Kepala Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Hartono, Rabu.
Menurut dia, sumur warga yang tercemar belerang tersebut di antaranya di Dusun Morangan, Desa Sindumartani yang meliputi RT 1, RT 2 dan RT 3 di wilayah RW 5.
"Di tiga RT tersebut saat ini dihuni 90 kepala keluarga (KK) atau sekitar 500 jiwa dari segala usia," katanya.
Ia mengatakan, warga merasakan adanya aroma belerang yang menyengat dari air sumur mereka sejak beberapa waktu lalu sejak banjir lahar dingin sering terjadi di aliran Sungai Gendol.
"Saat ini warga harus mencari air di lokasi yang masih aman, atau di tetangga RT untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak serta sebagian lagi menggunakan air mineral isi ulang. Sementara air sumur hanya digunakan untuk mandi dan mencuci baju maupun perabotan rumah tangga," katanya.
Hartono mengatakan, kemungkinan tercemarnya sumur warga di Murangan tersebut karena posisi dam Sungai Gendol di dusun tersebut cukup tinggi sehingga terjadi genangan air yang bercampur dengan belerang.
"Air sisa banjir lahar yang menggenang tersebut kemungkinan meresap ke dalam tanah dan kemudian merembes ke sumur warga, jarak antara rumah-rumah warga dengan tanggul Sungai Gendol sendiri hanya berkisar 50 hingga 100 meter," katanya.
Ia mengatakan, Dam Morangan yang kini dipenuhi material vulkanik Merapi juga menumpuk sangat tinggi sehingga kubangan belerang hanya mengendap dan kesulitan untuk mengalir ke hilir.
"Warga berharap agar Dam Morangan di Sungai Gendol ini bisa diturunkan sedikit untuk aliran belerang agar tidak terus-terusan merembes ke sumur warga," katanya.