REPUBLIKA.CO.ID,MADINAH -- Lima anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) meninjau pelayanan haji di Kota Madinah, Arab Saudi, Ahad (23/8). Kelimanya adalah Fahira Idris (pimpinan rombongan), Ahmad Jajuli, Sulistiyo, Suriati Armayn, dan Emilia Contessa.
Menurut Fahira, secara umum pelayanan jamaah haji di Madinah sudah baik. Semua penginapan jamaah berada di area markaziyah atau di lingkar paling dalam Masjid Nabawi dengan jarak paling jauh 650 meter. Katering untuk jamaah pun sudah disajikan oleh koki (chef) yang berasal dari Indonesia dengan menu hidangan citarasa Nusantara.
Begitu pula transportasi pengangkutan jamaah dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis (AMAA) menuju lokasi pemondokan juga sudah tersedia dengan baik.“Hanya saja, masih ada sedikit yang perlu dievaluasi, yakni mengenai identitas yang berisi lokasi hotel jamaah menginap, karena semalam kami masih menemukan ada tiga jamaah yang tersesat di Nabawi yang tidak mengetahui di mana hotelnya,” kata Fahira.
Dia melanjutkan, dengan penambahan identitas berisi informasi penginapan jamaah, maka jamaah yang tersesat akan lebih mudah diantar atau diberi petunjuk lokasi hotelnya. Apalagi, kebanyakan jamaah tidak bisa berbahasa Arab dan berasal dari daerah yang masih kental dengan bahasa ibunya. “Jangankan bahasa Arab, bahasa Indonesia saja mereka tidak bisa dan hanya bisa berbahasa daerah.”
Ahmad Jajuli menambahkan, para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang kini bertugas di Madinah sudah sepatutnya mempunyai rasa optimistis pelayanan jamaah haji tahun ini lebih baik dibandingkan tahun kemaren. Karena itu, Jajuli ingin sinergi dan koordinasi antara petugas yang sudah baik lebih ditingkatkan lagi. Alasannya, pelaksanaan pelayanan jamaah haji tahun ini akan menjadi pilot proyek pelayanan jamaah haji di tahun-tahun mendatang.
“Terutama soal pelayanan di bandara baru Madinah yang baru tahun ini digunakan. Ini akan menjadi contoh untuk tahun-tahun berikutnya.”
Sulistiyo mengatakan, tantangan terberat pelayanan haji 2015 adalah mengenai bimbingan jamaah. Penyebabnya, jumlah bimbingan ibadah (manasik) untuk jamaah pada tahun ini dikurangi dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan jumlah manasik yang berkurang, ada potensi jamaah akan menemui kendala saat melakukan tahapan-tahapan ibadah haji.
“Terutama di Makkah nanti dan saat wukuf, nanti akan kita lihat sejauh mana pelaksanaan serta kesiapan jamaah mengikuti prosesi haji dengan jumlah manasik yang berkurang,” katanya.