REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Selama satu dekade, Republika mengajak umat Islam untuk melaksanakan dzikir bersama sebagai bentuk alternatif perayaan pergantian tahun. Ajakan itu kembali berlanjut di pengujung tahun 2011.
Direktur Pemberitaan Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri, mengatakan pergantian tahun pada
hakikatnya akan dialami dan dijalankan umat Islam. Selain itu, tahun baru atau pergantian tahun akan datang dan datang lagi. Di saat bersamaan, dalam setiap pergantian tahun, umur manusia akan bertambah, dan menua.
"Sayangnya, sudah menjadi tradisi baik di Indonesia dan dunia, pergantian tahun baru selalu diperingati dengan hal-hal yang sifatnya mubazir. Misalnya, menyalakan kembang api, petasan, pesta dan hura-hura, atau kebut-kebutan di jalanan," kata dia saat berbincang dengan Republika Online, Senin (19/12).
Seharusnya, ungkap dia, perayaan pergantian tahun atau tahun baru dimanfaatkan dengan kegiatan positif seperti merenung, muhasabah, itighfar, bertobat dan sebagainya.
Berangkat dari hal itu, Republika selama satu dekade terakhir, ingin menawarkan alternatif lain merayakan pergantian tahun baru dengan hal positif. "Kami berinisiatif merayakan dengan dzikir yang dimulai sejak Isya hingga tibanya pergantian tahun," kata dia.
Alhamdulillah, ungkap Kiram, setelah Dzikir Nasional Republika terselenggara, ribuan masyarakat menghadiri acara dzikir. Tentunya, hal itu sungguh menggembirakan sekaligus menjadi bukti masyarakat Indonesia, utamanya umat Islam, berniat untuk memanfaatkan tahun baru dengan hal positif. "Harapannya, dengan pergantian tahun ini melalui dzikir, kita menjadi lebih bersyukur," kata dia.
Yang menggembirakan lagi, kata Kiram, dari sebagian besar umat Islam yang hadir jumlah anak muda yang menghadiri Dzikir Nasional Republika setiap tahunnya terus bertambah. Perkembangan itu, menurut Kiram, sangat membahagiakan.
"Kami melihat semakin banyak anak muda dengan teman-temannya pergi ke masjid untuk mendengarkan tausyiah, berdzikir, bahkan ada yang tinggal di masjid hingga pagi. Mereka benar-benar berniat untuk merayakan pergantian tahun dengan positif," kata dia.
Dalam perjalanannya juga, tema Dzkir Nasional Republika selalu berbeda setiap tahun. Tema yang diangkat disesuaikan dengan kondisi bangsa. Sebagai contoh, saat bangsa Indonesia didera berbagai musibah, kelurga besar Republika mengajak umat Islam untuk merenungkan berbagai bencana alam yang terjadi di Tanah Air.
Harapannya, renungan itu membawa dan mengajak umat Islam untuk menjaga dan melestarikan lingkungan guna mencegah terjadinya musibah. "Untuk tahun ini, kami berharap, karena masalahnya ekonomi, maka kami akan mengangkat pentingnya kesejahteraan masyarakat," kata Kiram.
Nantinya, kata dia, akan hadir sejumlah tokoh nasional seperti Menteri Agama Suryadharma Ali, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Ketua Dewan Masjid At-Tin Maftuh Basyuni, Anggota DPR Hidayat Nurwahid, Ustadz Muhammad Arifin Ilham, Ustad Tengku Zulkarnaen, dan Ustad Toto Tasmara. Tokoh-tokoh tersebut akan memberikan tausiyah sebelum ditutup dengan dzikir yang dipimpin oleh ustad Muhammad Arifin Ilham.
Sebelumnya, pada siang hari pukul 13.00 WIB, Sabtu (31/12) akan diisi dengan acara donor darah, parade diskusi, dan bincang kesehatan ala Rasullah SAW. Kemudian, selepas dzikir, akan ditutup dengan parade 100 bedug. "Kami harapkan kehadiran umat Islam, meramaikan, menghadiri acara dzikir nasional bersama Republika," pungkas dia.